Desember 25,
2009 – 1:24 pm
Ditulis dalam Aliran
Sesat, E-Book,
Konspirasi
2012, Penyesatan
Aqidah, Profil,
zionisme
Bertanda ebook,
freemason,
fremasonry,
perang
dunia, sejarah
Sebelum
membahas lebih jauh tentang berbagai proyek yang dirancang oleh Konspirasi
Internasional, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu tentang sebuah
organisasi Yahudi sekaligus otak dari setiap kejadian sejarah dunia, yakni
Freemasonry. Sebuah organisasi yang berasal dari para Biarawan Sion atau
Ksatria Templar yang melarikan diri ke Skotlandia, Portugal, dan Spanyol, dari
kejaran Raja Perancis, Phillipe Ie Bel atau Phillipe IV dan Paus Clement V.
Demi keamanan, mereka pun mengganti nama organisasi dan pribadi mereka menjadi
Freemason.
Dari Biarawan
Sion Sampai ke Freemasonry
Menurut Dossiers
Secrets atau dokumen rahasia, Biarawan Sion (Priory Sion) atau Ordo
Sion didirikan oleh Godfroi de Bouillon pada 1090. Namun di dalam Dokumen Biara
disebutkan Biarawan Sion didirikan pada 1099, bertepatan dengan jatuhnya
Yerusalem ke tangan Pasukan Salib yang dipimpin oleh Godfroi dari kaum
Muslimin. Markas induknya berada di sebuah gereja khusus bernama Abbey of
Notre Dame du Mount de Sion di Yerusalem, atau di sebuah bukit terkenal di
luar Yerusalem, di selatan kota bernama Gunung Sion[1]. Konon, di gunung inilah Nabi Daud tinggal
dan membangun rumah peribadatan yang kemudian bernama Bandar Daud. Bahkan kaum
Yahudi mempercayai bahwa Tuhan tinggal
di Gunung atau
disebut juga Bukit Zion itu[2]. Dari sinilah berasal nama Ordo Sion
itu.
Dalam
sejarahnya, selain mereka berhasil mengambil alih Yerusalem dari kaum Muslimin,
mereka pun berhasil mengangkat adik kandung Godfroi de Bouillon, Baldwin I.
Menurut para peneliti, diangkatnya Baldwin menjadi raja di Yerusalem, tidak
lain karena mereka saat itu sangat berkuasa. Di dalam perjalanannya, Ordo Sion
yang juga disebut Ksatria Templar ini berhasil mendirikan sebuah tempat
penitipan harta para peziarah Kristen yang ingin ke Yerusalem. Selama bepergian
para peziarah ini tidak perlu khawatir, karena harta benda mereka dijaga oleh
Ksatria Templar yang bernama Usury. Metode lembaga riba ini kemudian
jauh-jauh hari diadopsi oleh bank-bank konvensional modern menjadi Treasury
atau tempat penyimpanan benda-benda berharga. Para peziarah ini pun juga diberi
selembar kertas promis yang memiliki kode-kode yang begitu rumit dan ketika
tiba di Yerusalem mereka menukarnya di lembaga keuangan Templar setempat dengan
uang. “Inilah cikal bakal sistem cek tunai yang kita kenal sekarang,” tulis Knight
Templar Knight of Christ menyimpulkan.
Tanggal 4 Juli
1187 menjadi hari yang bersejarah bagi kaum Muslimin. Karena di tanggal inilah
ketika Subuh seluruh pasukan kaum Muslimin pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi
berhasil mengepung rapat posisi pasukan Salib. Singkatnya, dengan perjuangan
yang sangat berat melawan pasukan Salib yang saat itu juga berusaha melindungi
Yerusalem dari serbuan serangan kaum Muslimin, Yerusalem pun akhirnya kembali
jatuh ke tangan kaum Muslimin. Mengenai peristiwa bersejarah ini, film Kingdom
Heaven ‘merekamnya’ dengan sangat apik.
Akibat
kejatuhan Yerusalem ini ke tangan kaum Muslimin yang kata Ordo Sion di dalam Dossiers
Secrets disebabkan oleh penghianatan Gerard de Ridefort dan juga akibat
kegegabahan Guy de Lusignan dan tentu saja sebab-sebab yang lain, Biarawan Sion
dan Ksatria Templar resmi pecah. Mengenai perpecahan ini, Rizki Ridyasmara
dalam “Knight Templar Knight of Christ,” menulis:
“Satu
tahun setelah kejatuhan Yerusalem, tahun 1188, secara resmi Ordo Sion
melepaskan segala tanggungjawab dan memutuskan hubungan dalam bentuk apapun
terhadap Ksatria Templar. Perpecahan ini dikabarkan diperingati dengan upacara
ritual yang dinamakan dengan Penebangan Pohon Elm. Tidak jelas apa maksudnya.
Sejak itu, secara resmi Ordo Sion menyatakan Ksatria Templar tidak ada lagi
ikatan apapun dengannya… Untuk mempertegas hal tersebut, Ordo Sion mengubah
namanya menjadi Biarawan Sion. Jika sebelum tahun 1188, Ordo Sion dan Ksatria
Templar memiliki satu Grand Master yang sama, maka sejak tahun itu mereka
memiliki Grand Masternya sendiri-sendiri. Menurut Dokumen Biara, Grand Master
Ksatria Templar pertama di tahun 1188 adalah Jean de Gisors”. Rizki
menambahkan, meskipun mereka secara resmi telah berpisah, namun kenyataannya
mereka masih tetap berhubungan dan melakukan kerjasama meskipun melalui gerakan
bawah tanahnya.
Mengenai
hubungan rahasia ini, penulis meyakini disebabkan karena mereka mempunyai satu
tujuan dan satu Ideologi, yaitu Kabbalah. Kabbalah sendiri adalah ajaran mistis
dan esoteris yang menyembah dewa dewi. Jika kita merunutnya jauh ke belakang,
maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya ajaran penyembah setan ini
diciptakan oleh para penyihir dari Mesir kuno yang menjadi pendeta sekaligus
penasehat Fir’aun. Tak hanya Fir’aun yang mereka pengaruhi, para Pendeta Amon
ini pun berhasil mempengaruhi rakyat Mesir. Para Pendeta Amon ini pun begitu
disegani oleh Fir’aun. Sehingga dalam perjalanannya, mereka berhasil menghasut
Fir’aun untuk memusuhi Nabi Musa ‘Alaihissalam dan risalah yang
dibawanya.
Di dalam
al-Qur’an peristiwa ini digambarkan sangat jelas oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala (SWT). Apalagi saat Fir’aun mengumpulkan para penyihir terhebat dari
seluruh negeri untuk mengalahkan Nabi Musa. Namun, dengan kekuasaan dan izin
Allah SWT, sihir para penyihir itu berhasil ditaklukkan oleh Nabi Musa. Para
penyihir itu pun setelah melihat mukjizat Nabi Musa langsung mengakui kebenaran
risalah yang dibawa oleh Nabi Musa. “Sungguh itu bukanlah perbuatan sihir yang
kami kenal yang diilhami dari setan. Tapi sesuatu yang digerakkan kekuatan gaib
yang menandakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun. Maka tidak alasan bagi kami
untuk tidak mengimani risalah yang mereka bawa dan beriman kepada Tuhan mereka
sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala mereka sendiri,”
ujar para penyihir sambil bersujud di depan Nabi Musa ‘Alaihissalam.
Namun setelah
beberapa lamanya, keimanan Bani Israil terhadap kerasulan Nabi Musa dan Nabi
Harun ‘Alahissalam memudar dan hilang. Tepatnya setelah Allah
menyeberangkan Nabi Musa dan Bani Israil dari laut dari kejaran Fir’aun dan
bala tentaranya. Pada saat itu Nabi Musa pergi ke Bukit Thursina untuk seorang
diri untuk menerima “Firman yang Sepuluh” (The Ten Commandment) dan
mengenai urusan penjagaan Bani Israil diserahkan kepada Nabi Harun.
“Kekosongan” inilah dimanfaatkan oleh salah seorang pengikut Nabi Musa dan
Harun dari kalangan Bani Israil bernama Samiri.
Samiri sendiri
adalah salah seorang dari Bani Israil yang masih memegang kepercayaan Kabbalah
sebagai falsafah hidup. Bahkan ia disebut sebagai salah seorang petinggi
Kabbalah yang berhasil menyusup ke dalam umat Nabi Musa. Dia pun mengeluarkan
sebuah patung anak sapi dan mulai membujuk Bani Israil untuk kembali kepada
ajaran nenek moyangnya, Kabbalah atau penyembahan terhadap berhala-berhala.
Propaganda ini berhasil dan ketika Nabi Musa kembali ke kaumnya, beliau pun
marah melihat prilaku umatnya. Mereka berkilah sambil mengeluarkan sebuah
patung anak sapi yang dapat bersuara. “Maka mereka berkata: ‘Inilah Tuhanmu
dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (TQS. Thahaa: 86-88).
Begitulah
sebuah peristiwa yang menjelaskan kepada kita semua, bagaimana Iblis melalui
anak buahnya mempengaruhi pikiran Bani Israil sehingga sampai saat ini mereka,
kaum yang kini disebut Yahudi, masih menganut dan mengamalkan ajaran Kabbalah
lewat kitab Talmud. Kitab yang sengaja diciptakan oleh para pendeta Yahudi yang
menganut ajaran ini untuk menyaingi bahkan membuang Kitab Taurat asli
yang menyuruh penyembahan kepada Allah SWT dan tidak menyekutukannya.
Kitab Talmud sendiri berisi penghinaan terhadap Tuhan yang disamakan dengan
makhluk ciptaannya dan juga berisi penghinaan terhadap agama lain di luar
Yahudi seperti Islam dan Kristen, dengan menyebutnya sebagai Ghoyim atau
kaum Gentiles (Budak).
Kembali ke
topik. Melihat kekayaan, kebesaran sampai jaringan kekuasaan para Templar yang
makin luas, Raja Perancis Phillipe IV pun muak dan iri. Hal ini disebabkan
karena ia tidak mempunyai pengaruh terhadap para Templar lalu karena ia
mempunyai hutang yang sudah membengkak disebabkan pembiayaan Perang Salib
kepada Ordo ini. Akibat dendam, ia pun menyuruh seorang utusan bernama Von
Nugari untuk menyampaikan permintaan kepada Paus Clement V untuk membantunya
balas dendam. Paus Clement V pun menyetujuinya dengan alasan berhutang budi
kepada Phillipe IV. Singkatnya, Paus Clement V bekerjasama dengan Raja Perancis
Phillipe IV pun mengeluarkan surat perintah untuk menangkap dan mengadili para
Ksatria Templar lewat vonis inquisisi karena diduga para Templar telah
melakukan bid’ah.
Lalu, pada
tahun 1312, secara resmi Paus Clement V mengeluarkan maklumat pembubaran
Ksatria Templar yang kemudian disusul penangkapan Grand Master Ksatria Templar,
bernama Jacques de Molay pada 1314, dua tahun setelah maklumat pembubaran itu
dikeluarkan. Pada bulan Maretnya, Jacques de Molay pun di bakar hidup-hidup di
tiang salib. Tepatnya di belakang Gereja Notre Dame, Paris di depan umum. Di
dalam kobaran api itu, de Molay meneriakkan kutukan dengan sangat keras bahwa
setahun setelah ia mati, Paus Clement V dan Phillipe Ie Bel juga akan ikut
mati. Tiba-tiba saja hal itu terbukti, keduanya, Paus Clement V dan Phillipe Ie
Bel meninggal secara berurutan dan misterius.
Dari sinilah
bermula, para Templar yang kabur ke berbagai negeri di Eropa itu akhirnya
meninggalkan segala “pernak-pernik” Ksatria Templar. Mereka menyembunyikan
segala identitas pribadi mereka. Di Skotlandia, mereka diterima oleh King
Robert The Bruce. Para Templar ini pun menyusup ke dalam pekerjaan tukang Batu.
Lewat kegiatan inilah mereka mulai menguasai para Mason tersebut. Di Portugal,
mereka mengubah nama ordo mereka menjadi knight of Christ Order dan di
Spanyol mereka bergabung kedalam tim ekspedisi Vasco da Gama.
Freemason
berdiri secara resmi di Inggris pada tahun 1717. Freemason sendiri berasal dari
dua kata, free dan mason. Free berarti bebas dan Mason (Masonry)
berarti pembangun, juru bangun dan membangun[3]. Dan seperti halnya sebuah organisasi,
Freemason mempunyai struktur keanggotaan tersendiri. Dan dari semua jenjang ini
Freemason dapat di kelompokkan ke dalam tiga jenis jenjang keanggotaannya.
Berikut ketiga jenis Freemason tersebut[4]:
Symbolism
Freemason (Freemason
Simbolik).
Freemason
Simbolik adalah para anggota yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan kaum
Ghoyim. Pada level ini, anggota non-Yahudi (kaum Ghoyim) masih dimungkinkan
untuk terlibat dan aktif. Karena level ini masih bersifat umum. Meski begitu,
di dalam level ini mempunyai 33 tingkatan yang digunakan untuk tahap
penyaringan, kaderisasi dan proses seleksi pada jenjang berikutnya. Pada level
ini, aktivitas atau kegiatan organisasi ini masih seputar pemberian bantuan
kemanusiaan, seperti bantuan pendidikan, kegiatan sosial, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan kemanusiaan mereka ini juga dapat kita lihat di situs resmi
mereka, Masonicworld.com.
Karena gerakan
Freemason bersifat elitis, maka proses perekrutan biasanya melaui acara private
party yang sangat berkelas. Sehingga dapat menarik minat orang-orang
terpandang untuk dapat mengikuti acara yang mereka buat. Orang-orang yang
menjadi target perekrutan biasanya adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh
di dalam masyarakat, seperti, politisi, keluarga kerajaan kaum cendikiawan dan
lain sebagainya.
Tahap
selanjutnya adalah tingkatan Freemason Royal (Freemason Kerajaan). Di
dalam tingkatan ini adalah orang-orang yang sudah membuang jauh kepercayaan
awal yang dianutnya, seperti agama, nasionalisme dan prinsip-prinsip dasar
lainnya dengan menggantinya dengan prinsip-prinsip Masonik. Contoh tokoh pada
level ini seperti Winston Churchil dan juga Lord Balfour.
Freemason of
the Universe (Freemason
untuk Alam Semesta). Ini adalah jenis tingkatan terakhir dari seorang Mason.
Pada level ini, hanyalah orang yang berdarah Yahudi saja yang dapat masuk ke
dalam tahap ini dan tentu saja harus mematuhi setiap doktrin Freemason
sepenuhnya. Mereka yang telah berada pada posisi ini biasanya perannya sudah
lebih berpengaruh (baca berkuasa) daripada seorang Paus bahkan Presiden
sekalipun. Jadi jangan heran jika Perdana Menteri Israel begitu berkuasa penuh
atas Presiden Amerika Serikat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
Israel, Palestina bahkan masalah keamanan Timur Tengah, karena seluruh pemimpin
Zionis adalah mereka yang telah duduk di level ini.
Sebelum tahun
1717, sebenarnya Freemason sudah eksis. Karena beberapa keluarga kerajaan
Inggris dilantik sebagai anggotanya. Mereka adalah Robert Moray pada tanggal 20
Mei 1641 dan seorang lagi yang masih terhitung anggota keluarga raja di
Inggris, Eliash Ashmole pada tanggal 16 Oktober 1646. Tahun 1717 ini sendiri
adalah tonggak bagi Freemason untuk memulai perang melawan agama-agama langit
yang dianut oleh masyarakat dunia pada umumnya. Di tahun ini pulalah di bangun
sebuah Loji besar di Inggris bernama Grand Lodge of England.Pada masa
itu, doktrin Kabbalah sudah mempengaruhi pola pikir masyarakat Inggris dan
Eropa pada umumnya.
Yang menjadikan
faktor kebencian orang-orang Yahudi terhadap agama Kristen adalah karena,
seperti biasanya, orang-orang Kristen berhasil “mengusik” ketentraman mereka
dalam beragama. Di Perancis, khususnya di tiga kota: Aix, Arles dan Marsailles,
Sinagog (rumah ibadah umat Yahudi) berada dalam keadaan terancam. Raja Perancis
saat itu memaksa orang-orang Yahudi ini untuk masuk ke dalam agama Kristen.
Kontan hal ini mengganggu batin kaum Yahudi Perancis.
Diduga, dari
sinilah berawalnya permusuhan hebat di kalangan Yahudi terhadap
Kristen—meskipun sebenarnya dendam permusuhan mereka sudah ada sejak dari nenek
moyang mereka di zaman Fir’aun (seperti yang telah penulis bahas sedikit di
atas), bahkan jauh sebelumnya sejak Iblis, si Raja Kegelapan atau lebih dikenal
dengan Lucifer, terusir dari Surga karena menolak perintah Allah untuk bersujud
kepada Adam—dan sebagai landasan umum yang mereka pakai sebagai dasar rencana
untuk menguasai dunia[5] (Novus Ordo Seclorum—Tatanan Dunia
Baru, seperti yang tertera pada uang satu Dolar Amerika Serikat).
Proyek
Penghancuran Agama Kristen
Sebuah surat
pada tanggal 24 Juli 1489 dari Perancis dikirimkan oleh seorang pendeta Yahudi
(Rabi) bernama Shamur meminta pendapat atas situasi mencekam atas penindasan
yang dialami masyarakat Yahudi Perancis oleh masyarakat Kristen Perancis ke
Istanbul (Turki) kepada Pemimpin Tertinggi Yahudi yang langsung dibalas
dengan jawaban sebagai berikut:
“Saudara-saudara,
dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang
kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis
telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah
paksaan itu, maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus di ingat, bahwa ajaran
Musa harus kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen
memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah.
Selanjutnya didiklah putra-putri kalian menjadi pedagang dan pengusaha tangguh,
agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka.
Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka
binalah putra-putri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang
Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka,
didiklah putra-putri kalian menjadi pendeta agar bisa menghancurkan gereja
mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan.
Maka, didiklah putra-putri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis,
agar bisa menelusup keberbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian
akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan
internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan
dendam kesumat kalian terhadap mereka.”
Maka, lewat
sosialisasi surat perintah dari pemimpin tertinggi Yahudi di Konstantinopel
yang intensif melalui Rabi Shamur ini, berbondong-bondonglah orang-orang Yahudi
masuk Katolik, tentu saja dengan motivasi balas dendam dan faktor keamanan[6]. Penyusupan kedalam agama Kristen Katolik ini
dimanfaatkan secara sangat baik oleh orang-orang Yahudi ini.
Jauh sebelum
surat dari Pemimpin Tertinggi Yahudi ini dikeluarkan, seseorang dari Tarsus
diutus ke dalam agama Kristen untuk melakukan pengrusakan terhadap ajaran
Kristen, lalu setelah itu—secara terselubung—memasukkan unsur-unsur ajaran
Kabbalah (Paganisme) ke dalam kekristenan itu sendiri. Siapa dia? Tak lain dan
tak bukan ialah Paulus yang kini lebih dikenal sebagai Santo (orang suci)
Paulus. Paulus juga lah yang dikabarkan merubah ajaran Kristen menjadi agama
misi, sama halnya dengan agama Islam.
Faktor utama
para Ordo Kabbalah ingin merusak ajaran Kristen dengan menyusup kedalamnya
adalah karena sebenarnya mereka tidak mengakui Yesus sebagai Kristus melainkan
mereka mengakui Yohannes Pembaptis sebagai Kristus. Faktor lainnya karena pada
saat itu Peter si Pertapa mengatakan bahwa ialah pewaris gereja Yesus bukan
kepada Maria Magdalena, yang konon kabarnya sebagai Istri Yesus. Padahal Ordo
Kabbalah sangat menginginkan agar Yesus mewariskan gerejanya kepada Maria
Magdalena. Disinilah puncak kebencian mereka terhadap Kristen. Dan surat dari
Konstantinopel pada 24 Juli 1489 itu semakin meyakinkan lagi hal ini.
Untuk
menghilangkan keraguan Yesus adalah Tuhan dan Trinitas sebagai doktrin kekristenan
maka digelarlah sebuah konsili besar di Nicea pada tahun 325 Masehi. Pada
Konsili ini Kaisar Romawi, Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah
keputusan resmi yang berisi, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam
ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus. Lalu, Hari
Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen dengan nama Sun-Day, Hari
Matahari (Sunday). Kemudian, mengadopsi lambang silang cahaya yang kebetulan
berbentuk salib sebagai lambang kekristenan, dan yang terakhir, mengambil semua
ritual ajaran paganisme Roma kedalam ritual atau upacara-upacara kekristenan[7].
Di dalam sebuah
cerpen “Prahara dari Nicea”[8] karya Ermando Sanzio disebutkan bahwa
kemenangan kaum Trinitarian dalam konsili ini karena pada saat itu terjadi
sebuah kecurangan. Disebutkan, bahwa kelompok Trinitarian (yang mempercayai
konsep Trinitas) mengusulkan agar kedua belah pihak (Trinitarian dan Unitarian
atau kelompok yang masih mempercayai konsep Tauhid yang dibawa oleh Yesus) untuk
berdoa dan meletakkan seluruh Injil yang ada ke bawah meja lalu keluar dari
ruang tempat diadakan konsili tersebut agar kembali besok untuk melanjutkan
kembali konsili yang tertunda karena perdebatan antar kubu pro Trinitas dengan
yang menolak Trinitas yang saat itu membuat Kaisar Konstantin marah.
“Setelah itu
kita sama-sama berdoa meminta petunjuk agar Injil kebenaran menampakkan diri di
atas meja besar ini sedangkan yang palsu biarlah tergeletak di bawah. Hingga
esok pagi kita kembali ke ruangan ini maka bersama telah kita ketahui mana
Injil yang akan kita jadikan kitab suci,” kata mereka kepada Kaisar Konstantin.
Usul ini akhirnya di terima oleh Kaisar Konstantin pada waktu itu.
Namun besoknya,
ketika mereka kembali ke ruang konsili, secara aneh, beberapa buah Injil
tergeletak di atas meja. Sontak hal ini membuat Kaisar dan lainnya (kecuali
Arius dari kubu Unitarian) terkesima dan percaya bahwa Injil yang tergeletak di
atas meja itulah yang asli (benar). Dari sinilah penulis mengambil kesimpulan
asal mula kemenangan kelompok Trinitarian yang mewakili Gereja Paulus.
Singkatnya, seluruh Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dibakar dan
dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam akan menindak tegas (hukuman mati) bagi
siapa saja yang kedapatan menyimpan Injil yang dilarang. Sebuah larangan yang
tidak main-main.
Kaisar
Konstantin sendiri adalah seorang penganut ajaran Kabbalah yang tidak pernah
dibaptis memeluk Kristen bahkan hingga pada saat kematiannya ia masih tetap
penganut Kabbalah. Motivasi ia mengadakan Konsili Nicea adalah untuk menjaga
kestabilan dan keamanan di daerah kekuasaannya karena saat itu kedua kubu
tersebut sedang bertikai yang menyebabkan gejolak di dalam masyarakat pada
waktu itu. Setelah Konsili lanjutan yang diadakan di Tyre, dua konsili lagi
digelar. Konsili Antiokia (351 M) dan Konsili Sirmium (359 M). Pada kedua
Konsili ini diputuskan bahwa keesaan Tuhan adalah dasar kekristenan dan tidak
mengakui konsep Trinitas. Namun, karena saat itu Gereja Paulus sudah berkembang
amat pesat di Eropa sehingga menyebabkan rakyatnya tidak perduli lagi kepada
hasil dari kedua Konsili tersebut.
Kini setelah
berabad-abad silam, mereka terbukti lagi berhasil menghancurkan Kristen lagi,
dengan cara memprovokasi dan mendukung para penentang yang melawan eksistensi
Gereja Katolik. Adalah Martin Luther dengan para pendukungnya mengeluarkan
protes melalui 95 pernyataannya yang secara berani menentang otoritas Kepausan
pada tanggal 31 Oktober 1517. Gerakan protes ini kemudian di dalam kekristenan
sendiri disebut Protestan. Disusul oleh John Calvin yang menyuarakan
Calvinisme. Dalam waktu singkat, jumlah pengikut Luther bertambah begitupun
dengan pengikut Calvin[9].
Gerakan protes
atau gugatan dan reformasi Gereja Katholik Roma ini ternyata dimanfaatkan betul
oleh kalangan Yahudi terutama Freemason. Motivasi utamanya adalah membalaskan
dendam orang tua mereka yang telah dikejar dan dibasmi oleh Paus dan institusi
pendukungnya. Lambat laun hal ini tercium oleh Luther yang menyadari kalau
diantara banyak pengikutnya ada para pewaris Templar yang mempunyai motivasi
berbeda dengannnya. Pada awalnya ia terkecoh oleh meningkatnya para pendukungnya.
Ia pun merasa
kesembilan puluh lima (95) nota protes kepada Gereja itupun merupakan kebenaran
dan ia pun jelas terharu atas antusiasme orang-orang yang membela pendapatnya
itu. Setelah sadar, Luther pun dengan cepat dan tegas memerintahkan kepada pengikutnya
untuk tidak berhubungan langsung dengan orang-orang Yahudi yang menyusup
kedalam gerakan protesnya, agar tidak termakan tipu daya Yahudi sembari
menghujat mereka[10].
Gurita
cengkeraman Freemason ini memang semakin parah, sehingga membuat Gereja Katolik
berang. Maka Paus dan para pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma (Vatikan)
mengeluarkan larangan kepada para penganut Katolik untuk masuk kedalam
organisasi Freemason ini. Vatikan sadar betul bahaya Ordo Kabbalah ini bagi
kekristenan dan khususnya kepada para umatnya.
Di dalam buku “Kebangkitan
Freemason dan Zionis di Indonesia”, disebutkan sedikitnya ada delapan Paus
yang “menfatwakan” larangan terhadap orang-orang Kristen untuk turut dalam
aktivitas Freemasonry ini dalam waktu yang berbeda-beda, tentunya. Berikut
nama-nama kedelapan Paus tersebut:
Paus Clement
XII pada tahun 1738
Paus Benedict
XIV pada tahun 1751
Paus Pius VII
pada tahun 1821
Paus Leo XII
pada tahun 1825
Paus Pius VIII
pada tahun 1829
Paus Gregory
XVI pada tahun 1832
Paus Pius IX
pada tahun 1846 dan 1873
Paus Leo XIII
pada tahun 1884 dan 1892
Didalam
“fatwanya” tersebut Paus Pius IX dan Paus Leo XIII, yang dikatakan sebagai Paus
yang sangat sengit menentang organisasi ini, menyebut Freemason sebagai Iblis
untuk Masyarakat Modern. Begitupun dengan Paus Leo XXII yang dengan tegas
menyebut Freemason sebagai gerakan penghancur agama beserta tatanan yang
sudah ada di masyarakat yang menggantinya dengan berbasiskan kekuatan
supranatural[11].
Ketegasan
Gereja Katolik dalam mengambil keputusan pelarangan terhadap Freemasonry memang
sangat tepat mengingat pengaruh gerakan anti agamanya yang semakin menggerogoti
pemikiran para umatnya. Salah satu aktivitas anti agama yang paling terkenal
adalah Kelompok Api Neraka (Hell Fire Club). Sebuah artikel karya Daniel
Willens berjudul “Hell Fire Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth
Century in England” yang diterbitkan dalam jurnal Gnosis, menggambarkan
secara jelas aktivitas kelompok ini[12]:
“Pada
malam-malam yang diterangi cahaya bulan selama pemerintahan Raja George III
dari Inggris, anggota-anggota Pemerintahan yang sangat berkuasa, para intelektual
penting, dan artis-artis yang berpengaruh kadang dapat terlihat melintasi
Sungai Thames dengan gondola ke sebuah reruntuhan biara di dekat Wycombe Barat.
Di sana, di bawah bunyi nyaring bel biara yang ternoda, mereka mengenakan jubah
biarawan dan bersenang-senang dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak
pada Misa Hitam yang diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita
ningrat yang asusila dengan diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis Dashwood.
Kebaktian setan berakhir, lingkaran dalam akan berpindah tempat untuk
merencanakan perjalanan Kerajaan Inggris.”
Kelompok Api
Neraka ini didirikan oleh Philip, Duke of Wharton (1698-1731) sekitar tahun
1719. Willens mencatat bahwa Phillip adalah seorang politikus Whig dan tentu
saja seorang Mason yang kemudian diangkat menjadi Grand Master Freemasonry dari
The Great Lodge of England pada 1722. Selain itu, lanjut Willens,
Phillip adalah seorang ateis yang suka memperolok-olok agama dengan memimpin
keramaian dengan memakai hiasan-hiasan “Satanik” di muka umum. Rizki dalam
bukunya “Knights Templar Knights of Christ” menambahkan, bahwa ketika
mendirikan kelompok “Rahib-rahib dari St. Medmenham,” nama lain dari The Hell
Fire Club, Phillip saat itu masih berumur 21 tahun.
Beberapa nama
yang tercatat sebagai anggotanya adalah saudara Dashwood, John Dashwood-King;
John Montagu, Earl of Sandwich; John Wilkes; George Bubb Dodington,
Baron Melcombe; Paul Whitehead; dan sekumpulan orang-orang lokal yang tidak
terlalu profesional maupun bereputasi baik, demikian Harun Yahya yang mengutip
pernyataan Willens. Sir Francis Dashwood, menjelang tahun 1739, menemui Abbe
Nicollini, dan pada tahun itu juga Paus Clement XII mengeluarkan surat perintah
bernama Eminenti Apostalatus Specula yang mengungkapkan inkuisisi atas
Loji beserta anggota Freemasonnya.
Berbarengan
dengan pemberontakan terhadap Gereja Katolik, penyebaran ajaran Kabbalah di
Inggris dan Eropa sudah semakin menunjukkan hasil. Hasil dari kesuksesan ajaran
penyembah Lucifer ini adalah munculnya para pemikir bebas yang mengkritisi
Injil dari Vatikan. Para pemikir bebas ini menafsirkan injil sesuka hati. Buah
dari pemikiran ini muncul isme-isme penentangan terhadap agama seperti
Darwinisme, Hedonisme, Kapitalisme dan lain sebagainya.
Di Perancis,
paska Revolusi Perancis, para pemikir bebas yang tergabung dalam Freemasonry
ini berhasil mengeluarkan undang-undang (UU) anti-klerikal. Menyusul
dikeluarkannya UU tersebut, 3000 sekolah agama ditutup, pelajaran-pelajaran
agama dilarang, ribuan pendeta ditangkap dan dibunuh, sebagian dari mereka
diasingkan dan dianggap sebagai warga kelas dua[13]. Akibatnya, Vatikan memutuskan hubungan
diplomatik dengan Perancis pada tahun 1904.
Selain di
Perancis, perang melawan agama yang dimotori oleh Freemason juga terjadi di
jantung agama Kristen Katolik sendiri, yakni Vatikan. Di Roma, Italia,
Freemason menggerakkan sebuah organisasi bernama Carbonari. Sebuah nama
yang diambil dari pembuat arang. Berbagai pemberontakan digerakkan untuk
menghapus peran agama dalam pemerintahan di Italia. Saat itu, Vatikan masih
berkuasa penuh terhadap Italia sehingga Italia disebut sebagai Negara Kepausan.
Negara Kepausan akhirnya berakhir di tangan gerakan Persatuan Italia, pimpinan
Giuseppe Mazzini, Giuseppe Garibaldi dan Count de Cavour. Persatuan Italia yang
sebenarnya gabungan dari Carbonari dan sebuah gerakan yang dimotori oleh para
pemuda Italia yang disebut “Italia Muda” ini berhasil menyekulerkan Italia
dengan memisahkan Vatikan (Agama) dengan Italia (Negara).
Harun Yahya,
seorang peneliti tentang Yahudi asal Turki, mencatat sangat jelas perjalanan
kaki tangan Freemason ini dalam upaya untuk menghancurkan peran agama dalam
kehidupan bermasyarakat di Italia, seperti berikut ini[14]:
“Sudah menjadi
rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat bersama
mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di Prancis
pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara bertahap
menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda” yang
didirikan oleh Guiseppe Mazzini. Mazzini, seorang ateis tersohor, selama
bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara Kepausan dan Gereja dan pada
akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan
Italia.”
“Dengan
dukungan dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di
Cavour, ia mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan
perbatasan Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada.
Setelahnya, Italia memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari
agama, dan mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun
1920-an. Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour
merupakan tiga pemimpin terkemuka yang melakukan fungsi penting dalam
pertarungan melawan agama di Eropa.”
Dari dua
peristiwa ini, secara langsung dapat kita simpulkan, bahwa, Revolusi Perancis
dan pemberontakan di Italia adalah awal dari revolusi yang diciptakan untuk
memusnahkan setiap agama samawi (langit) yang ada di dunia ini. Setelah
berhasil menggerakkan kedua kekacauan ini, Konspirasi kembali meletuskan perang
dunia dan yang kini sedang dalam proses adalah Perang Dunia III. Sebuah perang
yang akan mengakhiri setiap kekacauan yang ada di seluruh dunia. Penulis meyakini
ini adalah yang dalam peradaban Barat disebut dengan Armageddon sedangkan
kita (umat Islam) menyebutnya al-Qiyamah (Kiamat).
Di Balik
Revolusi Dunia
Selain
mengobarkan perang melawan agama mereka juga berhasil mengobarkan perang
meruntuhkan pemerintahan monarkhi di seluruh dunia. Di atas, kita telah melihat
upaya mereka dalam upaya menghapus peran agama dari kehidupan masyarakat, yang
dikarenakan dendam mereka terhadap Gereja Katolik yang telah menumpas mereka
pada tahun 1312 (padahal sejak awal mereka memang ingin merusak setiap agama
langit yang ada). Dari sejumlah literatur sejarah disebutkan bahwa Freemason
juga adalah otak dari revolusi Inggris, Perancis, Rusia, Turki juga Arab.
Selain itu, Perang Dunia I dan II adalah juga hasil karya mereka. Lantas
benarkah demikian? Mari kita merunutnya dari rencana perang pertama mereka
yakni Revolusi Inggris.
Revolusi
Inggris
Sebelum
terjadinya Revolusi Perancis, Konspirasi sudah lebih dulu membidik Inggris.
Saat itu Konspirasi sudah berhasil menyuap Oliver Cromwell, adalah seorang
Panglima Perang Inggris yang digunakan oleh Konspirasi untuk menggulingkan
Kerajaan Inggris melalui militer. Di lain sisi perlawanan para Pemikir Bebas
juga digerakkan dalam hal revolusi terhadap Gereja Katholik. Setelah berhasil menggulingkan
Raja Inggris Charles I yang dituduh berkhianat dan membunuhnya pada tahun 1649
beserta para pengikut setia raja dari parlemen.
William Guy
Carr mencatat, bahwa tujuan utama persengkongkolan Yahudi bukan sekedar untuk
balas dendam tapi lebih dari itu, yakni menguasai perekonomian Inggris.
Caranya, pihak Konspirasi meletuskan api peperangan antara Inggris dengan
Negara lain. Peperangan tentu memerlukan banyak biaya, dari sinilah para
pemilik modal Yahudi memainkan perannya dengan memberikan pinjaman uang dengan
bunga yang sangat tinggi. “Dengan ketergantungan keuangan itu akan memberikan
mereka kesempatan untuk mendikte kebijakan pemerintah yang bersangkutan,
disamping akan mendapatkan keuntungan uang yang berlipat ganda dari hutang yang
mereka pinjamkan,” kata mantan anggota dinas rahasia Inggris ini.
Setelah Inggris
berhasil ditaklukkan, yaitu lewat gerakan penggulingan Raja Charles I, pada
tahun 1689, William of Orange atau William III dan putri Mary berhasil naik
tahta. Pada saat itu, Konspirasi berhasil menaikkan William of Orange sebagai
pahlawan Protestan dengan ikut menceburkan diri dalam perang melawan Katolik
yang saat itu dipimpin oleh mantan Raja Inggris yang dipaksa turun tahta pada
1688, James II. William III sendiri adalah seorang yang begitu fanatik
mendukung gerakan pembaharuan Kristen yang dipmpin oleh Martin Luther. Di lain
sisi saat itu rakyat Inggris masih ingin mengembalikan James II sebagai raja
mereka.
Peristiwa
peperangan itu bermula ketika James II kembali ke Irlandia, Negara bagian
Inggris Raya yang pada Maret 1689 telah menjadi Katolik. Maka, tepat pada
12 Juli 1689, pertempuran sengit antara Protestan melawan Katolik pun terjadi.
Akibat perang tersebut, dalam kurun waktu empat tahun terhitung sejak tahun
1694-1648, hutang Inggris kepada pemodal Yahudi membengkak dari £ 1.250.000
menjadi £ 16 juta[15]. Para pemodal Yahudi yang memberikan pinjaman
tidak diketahui identitasnya sampai saat ini. Karena ini adalah salah satu
syarat hutang yang diajukan pemodal Yahudi kepada Inggris. Selain syarat itu,
pihak pemodal Yahudi juga menginginkan pemerintah Inggris memberikan
rekomendasi istimewa bagi berdirinya Bank of England, sebuah Bank
sentral swasta pertama di dunia.
Revolusi
Perancis
Sebenarnya
sejak awal Perancis telah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Raja Bavaria
tentang bahayanya Konspirasi Yahudi Internasional ini. Peringatan ini tidaklah
main-main. Sebuah dokumen dari seorang utusan Konspirasi yang tewas tersambar
petir ditemukan oleh pihak kepolisian Bavaria. Dokumen tersebut berisi
sandi-sandi yang setelah dipecahkan ternyata adalah proyek Yahudi yang
membahayakan dunia. Setelah dilakukan pengusutan lebih jauh oleh kepolisian
Bavaria, maka ditemukanlah dokumen yang sama di tempat lain. Kasus inilah yang
melatarbelakangi mengapa Raja Bavaria mengirim surat kepada Perancis dan juga
Negara Eropa lainnya, termasuk Inggris. Tetapi karena kuatnya pengaruh
Konspirasi di Perancis, maka peringatan ini hanya sebatas peringatan. Tidak
lebih. Mary Antoinette, istri Raja Perancis, Louis XVI dengan enteng menjawab
surat peringatan tersebut: “Mengenai masalah yang berhubungan dengan Perancis,
keprihatinan Anda terlalu dibesar-besarkan mengenai kegiatan Freemasonry itu.
Aku dicegah percaya, gerakan itu di Perancis merupakan gerakan yang terkecil
diantara yang ada di seluruh Eropa.” [16]
Peringatan itu
akhirnya terjadi juga. Beragam fitnah yang dilancarkan Freemason melalui kaki
tangannya menerpa Raja Perancis, Louis XVI dan istrinya Mary Antoinette. Selain
gosip keretakan rumah tangga Raja Louis dan Mary, krisis ekonomi adalah salah
satu peristiwa yang menyebabkan meletusnya Revolusi Perancis. Di dalam
pelajaran sejarah disebutkan bahwa krisis ini disebatkan oleh kehidupan boros
keluarga besar Kerajaan. Padahal ini jelas pembohongan publik dunia. Lady
Queenburgh berhasil membongkar penipuan ini. Ia menjelaskan bahwa yang berada
di balik Revolusi Perancis adalah pihak Konspirasi Internasional[17].
Singkatnya, di
tengah carut marutnya Perancis, maka Revolusi Perancis pun meletus. Revolusi
ini dimotori oleh Napoleon Bonaparte. Siapa Napoleon? Napoleon lahir di
Korsika, 15 Agustus 1769. Sejak kecil ia termasuk anak yang cerdas di
sekolahnya. Singkatnya setelah mengarungi dunia kemiliteran Perancis, ia pun
dipercaya sebagai pemimpin tentara Perancis di Italia[18]. Ia pun menjadi panglima perang Perancis
yang disegani dunia. Hal ini tidak disia-siakan oleh Konspirasi. Para pemodal
Yahudi itu pun langsung memberikan bantuan dana besar-besaran untuk membiayai
perang yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte ke Eropa. Saat itu Napoleon telah
diangkat menjadi Raja Perancis.
Lambat laun,
bantuan dana yang begitu besar dari Rothschild itu membuatnya curiga. Namun
niatnya untuk memukul para pemodal tersebut tercium juga oleh Konspirasi, pimpinan
Nathan Rothschild. Mulailah pihak Konspirasi menghajar Napoleon lewat
perang di Rusia. Stok pasukan, senjata, dan makanan dicekal dengan memutuskan
jalur logistiknya. Alhasil Napoleon turun tahta dan di buang ke Pulau Elba.
Namun pada 1815, Napoleon berhasil kabur dari Elba dan berhasil membangun
pasukannya yang berjumlah hampir 300 ribu orang. Lagi-lagi, niat Napoleon
tercium sama Konspirasi. Ia berhasil dikalahkan oleh Duke of Wellington pada
tahun itu juga. Wellington sendiri adalah salah seorang Freemason[19]. Napoleon pun akhirnya menyerahkan diri
kepada Inggris, lalu diasingkan ke Pulau St. Helena di Samudera Atlantik.
Kabarnya, kematian Napoleon adalah karena di racun dengan Arsenikum sedikit
demi sedikit ketika berada disana[20]. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.
Revolusi Rusia[21]
Setelah
mengalami kesemrawutan akibat perang melawan Perancis pada 1812, Czar
Rusia, Alexander I kemudian segera membenahi negerinya. Ia mengeluarkan
sebuah UU yang dapat mempersatukan setiap lapisan masyarakat yang terkena
dampak perang. Salah satu UU tersebut mengembalikan orang-orang Yahudi yang
berada di pengasingan untuk kembali berada di Rusia. Pada masa pemerintahan
Czar Nicholas I lain lagi. Orang-orang Yahudi dipaksa untuk memasukkan
anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang ada di Rusia, agar kelak bisa saling
dapat membaur dalam masyarakat Rusia. Langkah ini kemudian dilanjutkan oleh
Czar selanjutnya yang bernama Alexander II. Ia mengeluarkan instruksi kepada
para pejabat di Rusia untuk membuka lowongan pekerjaan untuk orang-orang Yahudi
sebesar-besarnya.
Peraturan yang
dikeluarkan oleh Czar Alexander II ini ternyata dipandang lain oleh para
petinggi Yahudi Internasional. Mereka menganggap pembauran ini dapat mengancam
identitas orang-orang Yahudi disana. Konspirasi untuk membunuh Alexander II pun
dilancarkan pada 1866, tetapi gagal. Pihak Konspirasi pun belajar dari
pengalaman. Usaha pembunuhan Czar Alexander II berhasil, karena termakan tipu
daya mereka. Ia dibunuh secara misterius di dalam sebuah rumah milik seorang
wanita Yahudi kaya, Hessia Helgman pada tahun 1881.
Satu tahun
setelah kematian Czar Alexander II yang misterius, keluar sebuah laporan
pengusutan kasus tersebut yang dipimpin oleh Czar Rusia berikutnya benama
Alexander III. Isi laporan tersebut adalah orang-orang Yahudi telah berhasil
menguasai seluruh lapangan pekerjaan di Rusia. Bahkan mereka ingin menguasai
seluruh sendi-sendi perekonomian Rusia dengan cara yang sistematis. Kekaisaran
Rusia pun melakukan perlawanan terhadap Yahudi. Konspirasi Yahudi Internasional
pun balas dendam. Mereka memboikot seluruh produk buatan Rusia. Rusia pun
tertimpa krisis akibat blokade pihak Yahudi ini berbarengan dengan kerusuhan di
dalam negeri yang di sebabkan juga oleh dukungan dana dari pihak Konspirasi
Internasional.
Krisis multi
dimensi ini menjadi alat bagi kaum revolusioner yang tumbuh dari kalangan
terpelajar untuk melakukan perlawanan terhadap Kekasiran
Rusia. Singkatnya, Kekaisaran Rusia pun tamat digantikan oleh Uni Sovyet.
Setelah itu, Rusia dipimpin oleh blok Komunis pimpinan Lenin, Trotski, dan
Rasputin. Partai Komunis berhasil menguasai Rusia dengan menetapkan peraturan
yang tidak membolehkan mendirikan partai oposisi[22].
Secara
ideologis, Uni Sovyet yang berhaluan komunis sangat bertentangan dengan Amerika
Serikat dan Eropa Barat yang Kapitalis. Hal ini membuat dengan mudah bagi
Konspirasi Yahudi Internasional untuk memainkan peranannya dalam setiap konflik
yang ditimbulkan oleh kedua belah pihak. Dua ideologi (Kapitalisme dan
Komunisme) yang memang berasal dari ajaran Yahudi dalam rangka proyek untuk
menguasai dunia.
Revolusi Turki
dan Arab
Setelah
Konspirasi Yahudi Internasional, Freemasonry dan Illuminati berhasil menguasai
Kerajaan Inggris dan juga mendirikan Negara Amerika Serikat. Maka telunjuk
Konspirasi kini mengarah kepada sebuah negara yang berhasil menguasai
daerah-daerah di kawasan Jazirah Arab dan sebagian Eropa, yakni negara yang
mereka sebut The Old Sick-Man. Benar! Negara itu adalah Daulah Islam Usmani yang
berpusat di Istanbul, Turki (Konstatinopel). Tujuan Konspirasi menjadikan
Kekhalifahan Usmaniyah sebagai target apalagi kalau bukan ingin melapangkan
usahanya dalam mendirikan negeri buat orang-orang Yahudi yang menyebar ke
seluruh dunia. Meskipun sejatinya mereka sudah punya negara yakni Amerika
Serikat.
Secara
langsung, pihak Konspirasi menganggap Turki Usmani sebagai penghalang terbesar
bagi berdirinya negeri buat mereka, yaitu Negara Zionis Israel, yang terletak
di Palestina. Sebelumnya pemuka-pemuka Yahudi ini berhasil menggelar sebuah
konferensi Zionis I di Bassel, Swiss pada 1897 yang menggagas pendirian Israel.
Setahun sebelum kongres Zionis tersebut, Theodore Herzl, seperti disinggung di
muka, menemui Sultan Abdul Hamid II yang saat itu masih memimpin Turki. Dalam
pertemuan itu, Sultan Abdul Hamid II menolak dengan tegas tawaran Herzl yang
bersedia memberikan bantuan keuangan dalam jumlah besar jika Sultan Usmaniyah
ke-27 itu mau memberikan tanah Palestina ke Yahudi.
“Jangan lagi
engkau membicarakan hal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal pun tanah
Palestina karena itu bukan milik saya tapi milik rakyat…,” jawab Sultan Abdul
Hamid II dengan tegas. Herzl pun merasa tersinggung dengan jawaban seperti ini.
Pada 1897, Herzl kembali mengirim utusan untuk menemui Sultan Abdul Hamid II.
Namun lagi-lagi, Herzl lewat para utusannya itu pulang dengan tangan hampa.
Melihat respon yang buruk ini dari Kekhalifahan Turki Usmani maka dijalankanlah
program penghancuran Daulah Islam terakhir itu.
Seperti program-program
yang sudah-sudah, Konspirasi memanfaatkan orang-orang dalam sebuah Negara yang
ingin dihancurkannya. Begitupun dengan Turki Usmani, Konspirasi Yahudi
Internasional berhasil mengutus seorang Yahudi dari kota Salonika, bernama
Mustafa Kemal Pasha. Di kemudian hari lebih dikenal dengan Mustafa Kemal
Attaturk. Karir militernya sangatlah panjang. Selain menjadi seorang perwira,
ia juga bergabung dengan organisasi Turki Muda (Turki Fatat/ Young Turk). Lalu,
pada tahun 1907, ia masuk dalam organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi. Dari kedua
organisasi inilah awal mula ia bersentuhan amat dalam dengan lobi Freemason dan
Inggris, hingga ia menjadi Presiden Republik Turki pertama, yang juga tak
terlepas dari campurtangan keduanya.
Dalam sebuah
halamannya, majalah Al-Mujtama’a edisi 425-426 melansir sebuah dokumen rahasia
seorang Duta Besar Inggris Lother tahun 1910 mengenai hubungan rahasia antara
organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi dan Turki Fatat dengan Freemasonry[23]:
ü
Telah jelas bahwa para konseptor gerakan Turki Muda di Salonika mempunyai
hubungan erat dengan orang-orang Yahudi.
ü
Sebagian besar anggota perwakilan organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi adalah
Mason, yaitu dalam dewan perwakilan dan pimpinan perkumpulan yang disebut
Dustur. Menteri dalam Negeri Thal’at Bek termasuk tokoh pimpinannya.
ü
Ketua cabang Al-Ittihad wa At-Taraqi di Konstantin adalah seorang Yahudi dari
Salonika.
ü
Para anggota Al-Ittihad wa At-Taraqi meniru semua metode dan teknis yang
dipakai dalam Revolusi Perancis.
Isi dokumen
aslinya sebenarnya sangatlah panjang. Termasuk memaparkan beberapa tokoh-tokoh
Mesir yang termasuk sebagai anggota Freemason.
Hal ini juga
dibenarkan oleh Assyahid Dr Abdullah Azzam. Dalam bukunya Al-Manarah
Al-Mafqudah, beliau memaparkan secara jelas persengkongkolan Bapak Turki
Modern ini dengan Inggris. Berikut ini salah satu buktinya:
“Pada tanggal
19 September 1917, Mustafa kemal dan pasukannya tiba-tiba mundur dari wilayah
strategis di timur Nablus secara cepat pada malam hari saat pasukan Kerajaan
Inggris pimpinan Jendral Allenby tiba disana. Padahal posisi pasukan
Allenby pada saat itu belum memungkinkan untuk meraih kemenangan… Mengenai
peristiwa ini, seorang Jenderal Turki berkomentar: ‘Telah terjadi kesepakatan
secara rahasia antara Mustafa Kemal dengan panglima pasukan Inggris, Jenderal
Allenby. Isi kesepakatan tersebut adalah Mustafa Kamal akan menarik mundur
pasukannya secara mendadak, sehingga tentara Turki tidak mampu melakukan
pertahanan. Tentu saja hal itu membuat mereka jatuh ke tangan musuh (dengan
sangat mudah, penulis)’. ”
Selain
memanfaatkan Bapak Turki Modern ini, Konspirasi juga berhasil menunggangi
sebuah suku di Arab bernama suku Anzah[24] yang dipimpin oleh Muhammad bin Saud, yang
kemudian dilanjutkan oleh anaknya bernama Abdul Azis.
Dengan dukungan
dari Inggris, Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud melakukan pemberontakan
bersenjata melawan Khalifah. Gerakan Wahhabi yang dimotori oleh provokasi
Lawrence dari Inggris ini berupaya merampas wilayah yang dipimpin oleh
Kekhalifahan Usmaniyah dengan maksud agar mereka dapat mengatur wilayah
tersebut dengan mazhab yang mereka anut. Mereka juga berhasil menyerang Kuwait
dan mengepung Baghdad. Pada 1803, mereka juga berhasil menduduki Mekkah dan
menguasai Madinah pada musim semi tahun berikutnya.
Jauh hari
sebelum pesengkongkolan penggulingan Khalifah dan menghancurkan secara total
Khilafah Usmaniyah, Inggris telah berjanji untuk memberikan tampuk kekuasaan
Khalifah berikutnya kepada pembesar Mekkah saat itu, Syarif Husain. Seperti
yang kita ketahui, Keluarga Saud sangat dekat dan setia kepada Inggris dan
Inggris pun mengakui hal ini dengan secara penuh men-support keluarga Saud baik
lewat dana, militer dan politik. Sehingga pantas saja, jika Inggris berjanji
palsu akan berupaya mendirikan Khilafah Arabiyah buat klan Saud tersebut. Tak
hanya itu, bahkan menurut sebuah sumber disebutkan bahwa seluruh budaya Barat
telah diadopsi oleh Keluarga Saud ini, seperti mabuk-mabukkan, yang dimotori
oleh Lawrence of Arabia. Yang hal ini juga kita tidak dapat menampiknya bahwa
sesungguhnya di dalam keluarga Daulah Usmaniyah sendiri hal ini juga bisa saja
terjadi.
Sama halnya di
dalam tubuh masyarakat Turki, orang-orang Arab juga membentuk beberapa
perkumpulan yang menyerukan semangat nasionalisme Arab. Seperti Persaudaraan
Arab-Usmaniyah di Astana. Demi semakin mendukung hal yang sama, beberapa
kedubes negara Eropa juga mulai mendirikan organisasi dan partai bagi bangsa
Arab. Seperti Partai Desentralisasi yang berpusat di Kairo, Komite Reformasi
dan Forum Literal di Beirut[25].
Gerakan Turki
Muda maupun Al-Ittihad wa At-Taraqi sesungguhnya amat membenci Arab. Terbukti,
dengan memisahkan masyarakat Arab dan Turki dari setiap lini, dari mulai
wilayah pemerintahan sampai militer. Hembusan nasionalisme yang ditiupkan oleh
Ahmad Ridha, pemimpin Al-Ittihad wa At-Taraqi di Paris terbukti berhasil. Hal
inilah sebenarnya pemicu pemberontakan bangsa Arab disamping hal lainnya.
Melihat usahanya dalam memecah belah Khilafah Usmani hampir berhasil, Inggris
pun mulai menyusun rencana penguasaan wilayah-wilayah milik Daulah Usmaniyah
dengan metode perundingan-perundingan Internasional. Dengan cara ini Inggris
telah berhasil mendiktekan syarat-syaratnya kepada Khalifah Usmaniyah.
Pada tahun
1916, Inggris, Perancis dan Rusia menyepakati perjanjian Sykes-Picot tentang
pembagian wilayah Daulah Usmaniyah (termasuk wilayah Palestina yang akan
diberikan kepada Zionis Yahudi). Meski Inggris telah berjanji memberikan
wilayah Anatolya di Turki dan sekitarnya di sepanjang Laut Tengah kepada Italia
pada sebuah pertemuan rahasia di London setahun sebelumnya, namun perjanjian
yang paling berharga bagi negara-negara sekutu ini tidak diberitahukan kepada
Italia, yang sebenarnya mendapat jatah juga. Dan pada tanggal 27 April 1917,
Inggris, Perancis dan Rusia pun menandatangani perjanjian tersebut. Lalu
setelah perang, negara-negara sekutu inipun mulai menduduki wilayah-wilayah
Ottoman tersebut.
Beberapa bulan
kemudian, tepatnya pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri (Menlu)
Inggris yang juga kaki tangan Zionisme Internasional, Lord Arthur Balfour
mengirimkan surat kepada Pemimpin Komunitas Yahudi Inggris, Walther (Lord)
Rothschild, untuk diteruskan kepada Federasi Zionis yang berisi pemberitahuan
tentang persetujuan pemerintah Inggris untuk memberikan wilayah Palestina
kepada kaum Yahudi, yang saat itu masih dikuasai oleh Khilafah Turki Usmani.
Poin isi surat tersebut adalah:
Pemerintah
Kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah Negara untuk
bangsa Yahudi di Palestina.
Pemerintah
Kerajaan Inggris akan mendukung sepenuhnya dan akan menempuh segala cara dan
upaya agar tercapainya tujuan ini, yakni berdirinya sebuah Negara buat bangsa
Yahudi di Palestina[26].
Upaya Inggris
dalam menghancurkan Khilafah Turki Usmani mencapai detik-detik kemenangannya.
Tanggal 20 November 1922, Perjanjian Lausanne dibuka. Muhammad Qadim Zallum
selaku peneliti sebab-sebab keruntuhan Khilafah Turki Usmani menulis di dalam
bukunya[27], bahwa pada perjanjian ini turut hadir pihak
yang kalah Perang Dunia I, yaitu wakil Khalifah Daulah Usmaniyah yang berasal
dari delegasi pemerintahan Ankara dan Menlu Inggris, Lord Curzon sebagai
pimpinan delegasi menggantikan Lord Arthur Balfour, karena pemerintahan Llyod
George telah mengundurkan diri pada tanggal 19 Oktober 1922.
Selama
perundingan, sambung Zallum, pimpinan delegasi Inggris, Lord Curzon menetapkan
empat syarat sebelum memberikan pengakuan atas kemerdekaan Turki. Syarat-syarat
tersebut adalah[28]:
Penghapusan
Khilafah secara total
Pengusiran
Khalifah sampai keluar batas-batas negara
Penyitaan
kekayaan Khalifah, dan
Pernyataan
sekulerisasi Negara
Namun
perundingan tersebut gagal pada 4 Februari 1923 karena tidak diperoleh
keputusan apapun. Pasca perjanjian tersebut terjadi kekacauan di dalam
Majelis Nasional disebabkan mereka tidak menyetujui keempat syarat yang
diajukan Menlu Inggris, Lord Curzon. Mustafa Kemal merasa mayoritas anggota
Majelis Nasional menentang bahkan ada juga yang memusuhinya. Ia pun menyusun
rencana pada sebuah perjamuan makan malam agar Majelis Nasional menyetujui
setiap keputusannya. Bapak Turki Sekuler pun menyusun rencana pembubaran
Majelis Nasional dan membentuk pemerintahan baru. Di dalam perjamuan tersebut
ia mengundang beberapa sahabatnya, diantaranya Ismat Pasha, Fathi dan
Kemaluddin. Di akhir pembicaraan, Mustafa Kemal mengatakan, “Sekaranglah
waktunya kita mengakhiri kekacauan ini. Besok kita akan menyatakan berdirinya
republik. Inilah penyelesaian bagi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu,
anda, Fathi, harus mempersulit segala persoalan di Majelis Nasional sejauh yang
ada mampu, agar Anda dapat menghasut para anggota agar saling bertentangan.
Kemudian anda, Kemaluddin, mengajukan usulan agar saya diundang untuk mengambil
alih kendali dengan maksud untuk menyelamatkan Majelis Nasional dari krisis.”
Esoknya,
rencana Mustafa Kemal itu pun dilaksanakan. Sesuai rencana, Majelis Nasional
pun mengundang Mustafa Kemal untuk datang dan menolong pemerintahan yang
dilanda krisis. Pada awalnya ia menolak untuk hadir tetapi karena itu adalah
rencananya ia pun bersedia hadir dengan syarat agar Majelis Nasional tidak
menolak seluruh usulannya. Majelis Nasional pun menyetujuinya. Di dalam
parlemen ia mengatakan bahwa pangkal dari krisis itu adalah sistem Kekhilafahan
itu sendiri. “Sumber dari krisis ini bukanlah perkara yang sederhana, namun
karena kesalahan mendasar dari sistem pemerintahan kita. Majelis Nasional
melaksanakan fungsi sebagai lembaga legislatif sekaligus lembaga eksekutif.
Setiap anggota Majelis Nasional masih harus ikut campur dalam tiap pengambilan
keputusan pemerintahan dan turut mengatur departemen-departemen pemerintahan
dan keputusan-keputusan para Menteri. Tuan-tuan! Tidak seorang Menteri pun yang
dapat melaksanakan tanggungjawabnya dan menerima kedudukannya dalam kondisi
seperti itu. Anda harus menyadari bahwa pemerintahan yang di bangun dengan
landasan seperti itu tidak akan dapat berdiri tegak, dan kalaupun tegak, itu
suatu pemerintahan yang kacau. Kita harus mengubah keadaan ini. Oleh sebab itu,
saya telah memutuskan bahwa Turki harus menjadi sebuah republik dengan seorang
Presiden terpilih[29].”
Singkatnya,
Khilafah Turki Usmani pun resmi dibubarkan pada tanggal 3 Maret 1924. Dan
seperti yang diajukan oleh agen Zionis, Lord Curzon pada Perjanjian Lausanne,
seluruh kekayaan Khalifah dikuasai oleh pemerintahan baru, Republik Turki sedangkan
Khalifah dan keluarganya diungsikan ke luar negeri. Kemudian sepeninggal
Khilafah Turki Usmani keadaan Turki berubah 100 derajat! Mustafa Kemal yang
telah bergelar “Attaturk” itu pun menghapus huruf Arab dari setiap kurikulum
pendidikan dan menggantinya dengan tulisan Turki dan Latin. Bagi masyarakatnya
yang tidak ingin mengikuti hal ini maka hukuman terberat akan menanti mereka.
Ia juga melarang poligami dan hijab dan juga mengimpor seluruh budaya Eropa ke
dalam negeri Turki. Ia merubah dua Mesjid Agung Aya Sophia dan Al-Fatih sebagai
Museum. Mengeluarkan para wanita dari rumah untuk dipekerjakan di
instansi-instansi pemerintahan, membangun ladang percontohan ternak yang
menghina Islam dengan memelihara babi, memasang patung-patungnya di setiap tempat[30].
Mustafa Kemal
Attaturk juga melarang Azan yang menggunakan bahasa Arab, begitupun dengan
pembacaan Alquran yang harus dibaca dengan menggunakan bahasa Turki. Jika ia
mendengar sebuah Masjid berazan dengan menggunakan bahasa Arab, maka Masjid itu
akan segera dihancurkan. Ia juga mengganti penggunaan Kalender Hijriyah dengan
Kalender Gregorian Barat. Menghapus dua hari raya umat Islam, yakni Idul Fitri
dan Idul Adha, dan lain sebagainya. Ia telah menjadi seorang pemimpin yang
diktator dan pembenci agama.
Semangat
Mustafa Kemal sejalan dengan organisasinya, Freemasonry, yakni menghancurkan
pilar-pilar agama dari tubuh Turki dengan merobohkan sebuah bangunan yang mulai
rapuh bernama Kekhalifahan Usmaniyah.
Lantas,
bagaimana dengan nafsu Keluarga Saud untuk mendirikan Kekhilafahan sendiri.
Nampaknya hal itu akan sia-sia belaka. Sebab Inggris yang direncanakan akan
menyerahkan kekuasaan di Jeddah tidak datang memenuhi undangan. Kedok Inggris
yang jahat pun akhirnya terbuka. Namun apalah daya, nasi telah menjadi bubur.
“Arab pun tidak mempunyai lagi nyali untuk mendirikan Kekhilafahannya sendiri.
Kalaupun ada, itupun hanya sebatas surat menyurat antara Syarif Husain dengan
Mustafa Kemal Attaturk,” tulis Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad
Ismail Yusanto dalam jurnal organisasinya, Al-Wa’ie edisi Agustus 2007.
Keluarga Saud pun akhirnya mendirikan sebuah sistem Monarkhi, Kerajaan yang
bukan berasal dari ajaran Rasulullah saw.
Pada 24 Juli
1924, Perjanjian Laussanne ditandatangani dengan kesepakatan perdamaian.
Negara-negara memberikan pengakuan atas kemerdekaan Turki dan Inggris pun
menarik mundur pasukannya dari Istanbul dan kawasan selat. Ada hal menarik dari
kejadian ini yang membuka kedok Inggris sesungguhnya, saat itu salah seorang
perwira polisi Inggris menyatakan protes kepada Curzon di parlemen mengenai
pengakuan Inggris atas kemerdekaan Turki. Menlu Inggris itu pun menjawab, “persoalan
utamanya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan pernah bangkit
lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritual mereka, yaitu Khilafah
dan Islam[31].”
Seperti
Revolusi yang sudah-sudah, rencana Konspirasi untuk menghancurkan sebuah Negara
yang menghalangi kegiatan mereka tergolong berhasil dengan memanfaatkan putra
negara yang ingin dikuasai tersebut. Begitupun dengan Turki, yang dihancurkan
oleh penghianatan putranya sendiri bernama Mustafa Kemal Pasha! [NMJ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar