Selasa, 27 Januari 2015

Foto-Foto & Cerita Keji Pembantaian PKI

Di Jawa kami harus menghasut penduduk untuk membantai orang orang Komunis. Di Bali kami harus menahan mereka, untuk memastikan bahwa mereka tidak bertindak terlalu jauh Sarwo Edhie , Komandan RPKAD.
Ucapan mertua Presiden SBY, itu dalam sebuah konperensi pers awal tahun 1966 antara telah dilaporkan dalam beberapa bentuk. Ini menjelaskan, salah satu sejarah paling kelam dalam bangsa ini, yang tak pernah ditulis dalam buku buku sejarah anak anak kita di sekolah.
Pembantaian mereka yang dianggap komunis paska pemberontakan G 30 S PKI yang gagal.Kita mestinya sepakat bahwa pengungkapan itu bukan untuk menorah luka lama. Tetapi untuk sebagai bahan pelajaran sehingga tak terulang.
Laporan The Econimist London, berdasarkan informasi ilmuwan ilmuwan Indonesia, mengemukakan bahwa 100.000 orang tewas hanya dalam hitungan bulan Desember 1965 hingg Februari 1966.

Menurut Komisi Pencari Fakta yang dibentuk setelah peristiwa berdarah itu, jumlah korban hanya 78.000 orang. Tapi, Oei Tjoe Tat – menteri negara jaman Bung Karno – yang menjadi ketua tim, justru meragukan penemuan itu. Dalam perjalanannya melakukan penyelidikan ia justru dihambat oleh aparat militer setempat. Ia menyebutkan angka itu terlalu dikecilkan. Dengan menyindir ia menyebut bukan 78.000 tapi 780.000.
Dalam memoarnya, Oei Tjoa Tat menceritakan perjalanannya ke Bali, justru tidak bisa mendapatkan akses kemana mana, karena dikarantina di hotel, akhirnya dia bisa diselundupkan suatu malam, dengan melewati dapur untk bertemu sumber sumber penyelidikan.
Dari situ ia bisa mengetahui pembunuhan yang terjadi terhadap I Gede Puger, Ketua PKI Bali yang bertubuh gemuk. Tubuhnya dipotong potong, sehingga daging lemaknya terburai sebelum akhirnya kepala di tembak. Tidak hanya dia yang dibunuh, juga seluruh anak istrinya.
Bahkan Gubernur Bali, Anak Agung Bagus Suteja yang berafiliasi pada PKI, hilang tanpa bekas.
Suatu saat setelah laporan Komisi Pencari Fakta selesai. Oei Tjoe Tat dipanggil Bung Karno secara sembunyi bunyi.
“ Sst..sini sebentar,. berapa angka yang sesungguhnya..” tanya Bung Karno.
“ Lho khan ada releasenya Pak, sekitar 78.000 “.
“ Sudahlah saya tidak percaya “ sergah Bung Karno
Oei Tjoe Tat lalu melihat sekelilingnya karena takut ada yang mendengar. Lalu ia membisiki Bung Karno,
“ Ya..dikalikan 5 kali lipat saja pak dari angka itu “.

Kelak Oei Tjoe Tat ditahan rezim orde baru karena dianggap sebagai orang Soekarno.
Anehnya Komkaptib, lembaga bentukan Orde baru yang sangat berkuasa dan dapat menentukan hidup matinya seseorang. Dalam laporannya, menyebutkan angka hampir sebesar 1 juta orang, dengan perincian 800,000 korban di Jawa dan 100.000 korban di Bali dan Sumatera.
Besarnya angka itu juga menunjukan adanya praktek genosida ( genocide ) yakni menghilangkan kelompok tertentu.
Jika Pol Pot melakukannya pembantaian untuk menghilangkan kelas borjuis dan intelektual dalam beberapa tahun. Di Indonesia mereka melakukan pembantaian dalam hitungan bulan.
Ada beberapa cara penghitungan selain sumber sumber resmi di atas, seperti menghitung jenasah yang menjadi korban pembantaian – termasuk membongkar kuburan kuburan – walau agak sulit, karena banyak kejadian dengan membuang korban di jurang, hutan, tempat tempat terpencil atau membuat kuburan gelap.
Ada cara lain, meminta kesaksian dari korban yang kebetulan selamat, orang yang menyaksikan atau pelakunya sendiri.
Maskun Iskandar & Jopie Lasut, pernah mempublikasikan “ Laporan dari daerah maut Purwodadi “ dalam Koran ‘ Indonesia Raya tanggal 17 Maret 1969. Mereka menemukan tentara pangkat rendah dan dijuluki James bond agen 007 oleh rekan rekan instansi militernya. Dijuluki demikian karena memiliki lisensi membunuh seperti agen rahasia Inggris itu, dan dalam suatu kendurian warga, ia berkoar koar telah membunuh ratusan orang komunis.
Cara lain adalah dengan teknik demografi, membandingkan jumlah penduduk suatu daerah sebelum dan sesudah kejadian. Walau cara ini kurang efektif.
Ada cara lain yakni dengan metode intuisi, yakni secara moderat tidak terlalu kecil dan tidak dibesar besarkan. Robert Gribb yang menulis ‘ The Indonesian Killings ‘ menyebut 500 ribu sebagai angka yang wajar.
Jumlah tersebut didukung teknik yang dibuat Iwan Gardono, dalam disertasinya ‘ The Destruction of the Indonesian Comunist Party ( a comparative analysis of Esat Java and Bali ) di Harvard University tahun 1992. Ia menjumlahkan semua angka pada 39 artikel / buku yang mengulas pembantaian 1965 / 1966 dan membagi dengan 39 sehingga diperoleh angka rata rata 430.590 orang.
Statistik itu tidak menunjukan perasaan sesungguhnya, tidak menggambarkan ketika orang dibunuh dengan dingin, diperkosa serta kengerian yang luar biasa terjadi. Selain itu sebuah tanda tanya kenapa aparat militer tidak mencegah kejadian itu, justru membiarkan pembantaian itu terjadi.
Ucapan komandan RPKAD diatas menjelaskan bagaimana keterlibatan militer secara tidak langsung dalam pembantaian ini.
Terutama di Jawa, angkatan darat dengan kesatuan RPKAD menyebarkan daftar nama nama anggota PKI yang harus dibunuh, serta melatih organisasi pemuda sipil untuk bisa menguasai teknik dasar pertempuran – baca pembantaian.
Dalam pidatonya di Bogor tgl 18 Desember 1965, di hadapan mahasiswa HMI. Bung Karno meminta agar HMI ‘turba’ – turun ke bawah untuk mencegah pembunuhan massal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembantaian sangat keji. Orang disembelih, dipotong dan dibunuh begitu saja. Bahkan orang tidak berani menguburkan jenasah korban.
Lebih jauh Bung Karno menggambarkan , “ Awas kalau berani ngrumat jenasah. Engkau akan dibunuh. Jenasah diklelerkan begitu saja, dibawah pohon, dipinggir sungai. Dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati “.
Bahkan dalam iring iringan mobil Bung Karno di Jawa Timur. Salah satu mobil diberhentikan, dan penumpangnya diberi bungkusan berisi kepala pemuda rakyat.
Pembunuhan orang orang Komunis ini terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Sebagian Sulawesi, Pulau Jawa, Bali, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di Jawa kerusuhan anti komunis menyebar di seluruh penjuru pulau, dengan konsentrasi di pedesaan. Di Surabaya, muslim Madura adalah kelompok terbesar yang melakukan pembantaian, sementara di daerah lain unit unit militer, kelompok warga sipil yang sebagian besar anggotanya adalah para pemuda yang bergabung dengan partai politik antikomunis.
Disini Ansor yang berafiliasi dengan NU memainkan peranan penting dalam pembantaian ini. Gus Dur dalam masa jabatan kepresidennnya pernah menyuarakan rekonsiliasi serta permintaan maaf atas pembunuhan yang dilakukan orang orang Ansor dan banser NU.
Di Jawa tengah dan Jawa Timur sebagai ladang pembantaian utama mulai dari wilayah Banyumas, Solo, Klaten, Boyolali, Purwodadi sampai Pati. Sementara di timur, mulai dari Kediri, Ponorogo dan yang paling parah daerah Probolinggo, Pasuruan, Situbondo sampai Banyuwangi.
Bahkan Ansor sampai harus menyebrangi selat Bali, membantu membantai orang orang komunis di daerah bali barat.
Awalnya memang orang orang Komunis sempat diatas angin, dengan menangkapi tokoh tokoh agama atau tokoh masyarakat yang berafiliasi dengan PNI. Beberapa pertempuran terjadi antara komunis dengan Ansor, kaum nasionalis dan pemuda Kristen.
Namun sejak RPKAD mengirim satu batalyon menuju Jawa Tengah pada tgl 17 Oktober 1965. Keadaaan berubah drastis. Pihak komunis menjadi terdesak, dan dibantai sampai keluarganya atau kerabatnya.
Banyak pembunuhan terjadi karena amuk massa atau fitnah dari orang orang yang tidak suka kepada mereka yang dicurigai simpatisan. Padahal bukan komunis.
Di daerah Klaten, pemuda nasionalis membentuk satuan khusus yang dinamakan ‘ Pasukan Banteng Serba Guna “ bekerja sama dengan pemuda pemuda Islam dan pemuda Kristen yang membentuk “ Barisan Pengawal Yesus “. Mereka mendapat latihan militer dari satuan RPKAD yang berbasis di Kandang Menjangan dan Kartasura.
>Beberapa laporan tentang pembunuhan di daerah Jawa Timur :
1. Lawang, Kabupaten Malang. Para anggota dan simpatisan PKI yang akan dibunuh dikat tangannya. Lalu segerombolan pemuda Ansor bersama satu unit tentara Zeni Tempur membawa ke tempat pembantaian. Para korban satu persatu digiring ke lubang. Mereka dipukuli dengan benda keras sampai tewas. Lalu kepala mereka di penggal. Ribuan orang dibunuh dengan cara ini. Lalu pohon pohon pisang ditanam diatas kuburan mereka.
2. Singosari , Malang. Oerip Kalsum, seorang lurah wanita desa Dengkol, Singosari dibunuh dengan cara tubuh dan kemaluannya dibakar, lalu lehernya diikat sampai tewas.
3. Tumpang, Kabupaten Malang. Sekitar ribuan orang dibunuh oleh tentara dari Artileri Medan ( Armed I ) bekerja sama dengan Ansor. Mayat korban dikuburkan didesa Kunci.
4. Kabupaten Jember. Pembantaian dilakukan oleh Armed III. Tempat pembantaian perkebunan karet Wonowiri dan Glantangan serta kebun kelapa Ngalangan. Sementara di Desa Pontang pembantaian dilakukan oleh kepala Desa dan pensiunan tentara.
5. Nglegok. Kabupaten Blitar. Japik seorang tokoh Gerwani cabang setempat dan seorang guru, dibunuh bersama suaminya. Ia diperkosa berkali kali sebelum tubuhnya dibelah mulai dari payudara dan kemaluannya. Nursamsu seorang guru juga dibunuh, dan potongan tubuhnya digantung di rumah kawan kawannya. Sucipto seorang bekas lurah Nglegok dikebiri lalu dibunuh. Semuanya dilakukan oleh pemuda Ansor.
6. Garum, Kabupaten Blitar. Ny Djajus seorang lurah desa Tawangsari dan seorang anggota Gerwani. Hamil pada saat dibunuh. Tubuhnya dibelah sebelum dibunuh.
7. Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Beberapa guru, kepala desa ditangkap oleh pemuda Ansor, lalu disembelih dan mayatnya dibuang ke sungai. Beberapa kepala guru dipenggal dan ditaruh diatas bamboo untuk diarak keliling desa.
8. Kecamatan Pare, Kediri. Suranto, seorang kepala sekolah menengah di Pare. Ia bukan anggota PKI, tetapi anggota Partindo. Ia bersama istrinya yang sedang hamil 9 bulan di tangkap pemuda Ansor. Mereka dibunuh, perut istrinya dibelah dan janinnya dicincang. Selama seminggu setelah kejadian itu, kelima anak anak Suranto yang masih kecil kecil tidak punya siapa siapa yang akan menolong mereka, karena para pemuda Ansor memperingatkan tetangga, bahwa barang siapa menolong anak anak iti tidak dijamin keselamatannya.
9. Kecamatan Keras, Kabuaten Kediri. Tahanan dibawa naik rakit oleh pemuda Ansor, dan disepanjang perjalanan mereka dipukui sampai mati, lalu mayatnya dibuang di bantaran sungai.
10. Kabupaten Banyuwangi. Pembantaian dilakukan mulai tgl 20 November 1965 sampai 25 Desember 1965. Kemudian terjadi lagi 1 Oktober sampai 5 Oktober 1966 serta pembantaian terakhir sejak Mei 1967 sampai Oktober 1968.
Pembantaian dilakukan oleh regu regu tembaj dari Kodim 08325, pemuda Ansor dan Pemuda Demokrat. Mayat mayat dikubur dilubang lubang yang sudah disiapkan. Umumnya satu lubang memuat 20 25 orang.
Dengan menggunakan truk pinjaman dari pabrik kertas di Banyuwangi ratusan korban disiram minyak tanah dan dibakar lalu dilempar ke jurang di Curahtangis, antara jalan Banyuwangi dan Situbondo. Dalam banyak kasus, perempuan perrempuan dibunuh dengan cara ditusuk dengan pedang panjang melalui vagina sehingga perut mereka terbelah. Kepala dan payudara mereka dipotong potong lalu dipamerkan di pos pos jaga yang ada di sepanjang perjalanan.
Selain Curahtangis diatas, ada tempat seperti Merawan, Curahjati – sebuah hutan jati, Desa bulusan dan Ketapang di daerah pantai yang menjadi tempat pembantaian massal. Bahkan di daerah Tampuh, sebuah desa perkebunan terpencil, sejumlah anggota PKI ditembak yang dipimpin oleh komandan kodim setempat.
Sulit mengatakan jika militer dan petinggi organisasi massa tidak terlibat, jika contoh kasus pembantaian di Banyuwangi justru dipimpin oleh Kolonel Sumadi (Komandan Korem 083), Letkol Djoko Supaat Slamet (Komandan Kodim 18325) , Dja’far Maruf( Ketua PNI cab. Banyuwangi ) Kiai Haji Abdul Latief ( Ketua NU cab. Banyuwangi )
Ketika Tim pencarifakta yang dipimpin Oei Tjoe Tat turun disini pada tanggal 25 Desember 1965. Jumlah korban sedah mencapai 25.000 orang.
Banyak orang yang tidak tahu apa apa harus ikut membayar nyawanya karena amuk massa. Kerabat, tetangga, bayi bayi yang tak berdosa.
Bagaimana kita menjelaskan fenomena ribuan orang orang Bali yang pasrah, lalu berpakaian putih putih berjalan menuju tempat penjagalan, serta berdiam diri menunggu datangnya algojo.
Bagaimana kita menjelaskan puluhan ribu guru yang hilang dari sekolah sekolah dalam periode tersebut. Mereka tak tahu apa apa tentang politik, sehingga bergabung dengan gerakan sempalan PGRI non vaksentral, yang memberi semboyan jika Guru lapar mereka tak bisa mengajar. Sejumlah data menyebut angka 30.000 rib sampai 92,000 ribu guru dibunuh.
Dari 120 orang yang dibunuh di Desa Margosari Klaten, terdapat sejumlah 80 orang guru sekolah.
Juga para seniman yang memiliki minat khusus terhadao wayang, atau reog sehingga diasosiasikan terhadap Lekra.
Dengan belajar memahami sejarah, kita mengenal bangsa sendiri. Sejarah adalah cermin. Sehingga kita bisa bercermin tentang siapa diri kita sebenarnya. Tentu saja berharap kita bukan bangsa pendendam.
Sumber :
*Robert Cribb, The Indonesian Killings
*Memoar Oei Tjoa Tat
*Hermawan Sulistyo, Forgotten Years, Indonesia’s missing history of mass slaughter ( Jombang – Kediri 1965 -1966 )
BERIKUT FOTO-FOTO KEKEJAMAN PENUMPASAN PKI
Foto orang-orang yang dituduh pengikut PKI siap di eksekusi
Sebelum dieksekusi mereka diintrograsi siapa2 saja yang terlibat PKI
Pengikut PKI dibawa dengan truk ke tempat eksekusi
Sebelum dieksekusi korban pembantaian dipertontonkan dulu ke masyarakat





Mereka menggali liang lahat mereka sendiri

Selasa, 20 Mei 2014

Paganisme di Berbagai Belahan Dunia

Pagan, berasal dari istilah latin yaitu paganus, yang berarti “desa”, rustic, atau “sebuah negara”. Paganus merupakan kata sifat. Sebagai kata kerja, paganus berarti penghuni suatu negara, atau penduduk. Pengembangan semantik post-classical membuat pengertian pagan menjadi berbeda. Perubahan pengertian dari pagan ini masih menjadi kontroversial, tetapi bukti tertua perubahan makna pagan terjadi pada abad ke 4 masehi.
Saat ini, pagan dikenal dalam bentuk paganisme, yang berarti istilah yang digunakan untuk tradisi kepercayaan yang melibatkan politeistik atau masyarakat pribumi.
Istilah ini seringkali muncul dalam sejarah, yang mengacu pada politeisme Greco-Roman dan berbagai politeisme lainnya yang menyebar di Eropa dan Afrika Utara sebelum era kristenisasi. Dalam bagian yang lebih luas, pagan juga termasuk pada agama yang terdapat di timur dan berbagai tradisi lokal di Amerika, Asia Tengah, Australia, dan Afrika. Atau dapat juga diistilahkan sebagai kepercayaan non-abrahamik, menurut beberapa ahli sejarah. Karakteristik dari tradisi pagan adalah ketiadaan pendakwah agama dan kehadiran agama sebagai mitos kehidupan yang mengajarkan penerapan religi.
Pagan masih tetap ada hingga zaman sekarang, tidak hanya dalam bentuk warisan budaya bahkan berbentuk kepercayaan yang dianut secara utuh oleh masyarakat. Paganisme mengalami evolusi menjadi Neopaganisme yang menyusun ulang kepercayaan mereka menjadi agama yang terstruktur.
Perkembangan Aliran Pagan di Berbagai Negara
Neopaganisme di Amerika Serikat merupakan jenis aliran yang dianut oleh 0,2% populasi Amerika Serikat. Di Isilandia, anggota dari aliran pagan Ásatrúarfélagið terhitung sejumlah 0,4% dari total populasi yang berarti terdapat ribuan orang yang bergabung ke dalam aliran tersebut. Di Lithuania, banyak orang yang menerapkan Romuva, kepercayaan masyarakat lokal yang dianut sebelum munculnya Kristen. Di negara berbasis anglo saxon, misalnya Australia, Odinisme (kepercayaan terhadap dewa Odin) telah berdiri sebagai kepercayaan yang formal sejak era 1930-an.
Pagan yang Masih Dianut Masyarakat Modern
  1. Cultus Deorum Romanorum
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi romawi. Ritual yang mereka lakukan meliputi penyiapan lararium atau altar di rumah mereka dimana akan digunakan untuk memberikan persembahan dan pemujaan kepada dewa mereka.
  2. Hellenic polytheism
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi yunani. Mereka melakukan ritual dengan menggelar altar yang terdiri dari satu, atau beberapa, dewa. Ritual yang dilakukan berupa persembahan seperti makanan, minuman, dan barang-barang berharga. Terkadang hewan juga merupakan objek persembahan kepada dewa.
  3. Rodnovery
    Rodnovery merupakan kelompok politeistik modern untuk menghidupkan kembali kepercayaan etnis slavia. Konsep utama dari kepercayaan ini merupakan keseimbangan alam dimana kepercayaan mereka disimbolkan dengan unsur natural berupa pohon, petir, matahari, dan bulan. Aliran ini masih dianut oleh beberapa masyarakat slavia seperti Rusia, Polandia, Ukraina, Slovenia, Slovenia, Ceko, Bosnia, dan negara-negara slavia lainnya dalam berbagai bentuk kepercayaan dan ritual.
  4. Germanic Neopaganism
    Aliran yang dianut ras germanik yang memuja dewa-dewi yang merepresentasikan alam semesta. Awalnya berkembang di Jerman dan Austria, kemudian menyebar di negara-negara germanik seperti Inggris raya, dataran Skandinavia, Amerika Serikat, dan Australia. Ritual yang dilakukan dapat berupa persembahan darah hewan, doa bersama, dan pemujaan di altar.
  5. Wicca
    Wicca merupakan aliran pagan yang modern. Aliran ini dikembangkan di Inggris dan diperkenalkan pada pertengahan abad ke 20 oleh Gerald Garner. Ajaran Wicca dapat dikategorikan sebagai ajaran sihir dimana konsep yang dianut merupakan pengembangan dari ajiran pagan kuno. Wicca tidak memiliki konsep yang terpusat dan membuat ajaran ini terpencar ke berbagai aliran.
    Ritual yang diterapkan pada aliran wicca selalu terkait sihir, mulai dari sihir lemah hingga sihir tradisional. Selain ritual, Wicca juga memiliki beberapa hari raya yang secara umum dikenal sebagai Sabbat.
  6. Neo-Druidism
    Neo-Druidism merupakan aliran yang mengajarkan keseimbangan dan pemujaan terhadap alam semesta, dan bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan. Ajaran Neo-Druidism menggunakan organisasi persaudaraan seperti Freemasonry. Ritual yang dilakukan berlangsung di alam terbuka pada siang hari. Terkadang mereka melakukan ritual di ruang tertutup pada malam hari. Mereka juga melakukan ritual dalam karya dan pertunjukan seni seperti pertunjukan musik dan puisi.
  7. Haitian Vodou
    Aliran ini dikenal juga dengan sebutan Voodoo, merupakan aliran yang dianut masyarakat Haiti atau perantauannya. Vodouist percaya pada Dewa pencipta yang jauh dan tidak diketahui bernama Bondye. Haitian Vodou memiliki kuil ritual bernama Hounfour. Mereka menyiapkan altar dan persembahan berupa makanan kepada dewa mereka.
  8. Romuva
    Romuva merupakan organisasi religius etnis Baltik, yang mengajarkan ritual masyarakat Lithuania sebelum era kristenisasi. Penganut Romuva melakukan ritual di aukuras atau “altar berapi”. Partisipan mencuci tangan dan wajah mereka sebelum menyentuh Aukuras dan kemudian bernyanyi himne ritual ketika batu tersebut diangkat.
    Kebanyakan himne ritual berasal dari tradisi kuno masyarakat Lithuania untuk melakukan pemujaan dewa-dewa mereka. Romuva modern merekonstruksi ritual berdasarkan sumber ritual tertulis. Beberapa himne dari pemujaan dewa-dewa tersebut masih bertahan hingga kini.
  9. Discordianism
    Discordianism merupakan agama dan cabang filsafat yang berasal dari pemujaan Eris, dewi kerusakan pada era Greco-Roman. Ajaran Discordianism memiliki kesamaan konsep dengan Zen dan filsafat taoisme. Dokumen paling penting dalam pendirian Discordianisme berasal dari Principia Discordia. Buku ini berisikan banyak referensi dari sumber sebelumnya yaitu The Honest Book of Truth. Aliran ini kemudian banyak diungkap dalam karya tulis populer seperti The Illuminatus! Trilogy, The Dark Tower, dan karya-karya tulis populer lainnya.
Masih banyak aliran pagan lainnya yang masih berkembang di berbagai negara. Namun beberapa aliran dianggap sebagai kepercayaan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai agama, berbeda dengan paganisme yang merupakan agama dan kepercayaan masyarakat kuno. Masih terdapat perdebatan apakah Freemasonry, Rossicrusian, Theosophy, dan aliran sejenisnya dapat dikategorikan sebagai paganisme mengingat organisasi-organisasi tersebut memperbolehkan orang-orang dari berbagai agama yang dianut untuk bergabung. Di Indonesia, paganisme asli masyarakat Indonesia belum diakui sebagai agama sehingga penganut paganisme di Indonesia tidak mengakui kepercayaan paganisme mereka sebagai agama dan menganggap hal tersebut sebagai kepercayaan.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/03/budaya-pagan-di-era-modern/#sthash.cjrwyFlA.dpuf

Pagan, berasal dari istilah latin yaitu paganus, yang berarti “desa”, rustic, atau “sebuah negara”. Paganus merupakan kata sifat. Sebagai kata kerja, paganus berarti penghuni suatu negara, atau penduduk. Pengembangan semantik post-classical membuat pengertian pagan menjadi berbeda. Perubahan pengertian dari pagan ini masih menjadi kontroversial, tetapi bukti tertua perubahan makna pagan terjadi pada abad ke 4 masehi.
Saat ini, pagan dikenal dalam bentuk paganisme, yang berarti istilah yang digunakan untuk tradisi kepercayaan yang melibatkan politeistik atau masyarakat pribumi.
Istilah ini seringkali muncul dalam sejarah, yang mengacu pada politeisme Greco-Roman dan berbagai politeisme lainnya yang menyebar di Eropa dan Afrika Utara sebelum era kristenisasi. Dalam bagian yang lebih luas, pagan juga termasuk pada agama yang terdapat di timur dan berbagai tradisi lokal di Amerika, Asia Tengah, Australia, dan Afrika. Atau dapat juga diistilahkan sebagai kepercayaan non-abrahamik, menurut beberapa ahli sejarah. Karakteristik dari tradisi pagan adalah ketiadaan pendakwah agama dan kehadiran agama sebagai mitos kehidupan yang mengajarkan penerapan religi.
Pagan masih tetap ada hingga zaman sekarang, tidak hanya dalam bentuk warisan budaya bahkan berbentuk kepercayaan yang dianut secara utuh oleh masyarakat. Paganisme mengalami evolusi menjadi Neopaganisme yang menyusun ulang kepercayaan mereka menjadi agama yang terstruktur.
Perkembangan Aliran Pagan di Berbagai Negara
Neopaganisme di Amerika Serikat merupakan jenis aliran yang dianut oleh 0,2% populasi Amerika Serikat. Di Isilandia, anggota dari aliran pagan Ásatrúarfélagið terhitung sejumlah 0,4% dari total populasi yang berarti terdapat ribuan orang yang bergabung ke dalam aliran tersebut. Di Lithuania, banyak orang yang menerapkan Romuva, kepercayaan masyarakat lokal yang dianut sebelum munculnya Kristen. Di negara berbasis anglo saxon, misalnya Australia, Odinisme (kepercayaan terhadap dewa Odin) telah berdiri sebagai kepercayaan yang formal sejak era 1930-an.
Pagan yang Masih Dianut Masyarakat Modern
  1. Cultus Deorum Romanorum
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi romawi. Ritual yang mereka lakukan meliputi penyiapan lararium atau altar di rumah mereka dimana akan digunakan untuk memberikan persembahan dan pemujaan kepada dewa mereka.
  2. Hellenic polytheism
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi yunani. Mereka melakukan ritual dengan menggelar altar yang terdiri dari satu, atau beberapa, dewa. Ritual yang dilakukan berupa persembahan seperti makanan, minuman, dan barang-barang berharga. Terkadang hewan juga merupakan objek persembahan kepada dewa.
  3. Rodnovery
    Rodnovery merupakan kelompok politeistik modern untuk menghidupkan kembali kepercayaan etnis slavia. Konsep utama dari kepercayaan ini merupakan keseimbangan alam dimana kepercayaan mereka disimbolkan dengan unsur natural berupa pohon, petir, matahari, dan bulan. Aliran ini masih dianut oleh beberapa masyarakat slavia seperti Rusia, Polandia, Ukraina, Slovenia, Slovenia, Ceko, Bosnia, dan negara-negara slavia lainnya dalam berbagai bentuk kepercayaan dan ritual.
  4. Germanic Neopaganism
    Aliran yang dianut ras germanik yang memuja dewa-dewi yang merepresentasikan alam semesta. Awalnya berkembang di Jerman dan Austria, kemudian menyebar di negara-negara germanik seperti Inggris raya, dataran Skandinavia, Amerika Serikat, dan Australia. Ritual yang dilakukan dapat berupa persembahan darah hewan, doa bersama, dan pemujaan di altar.
  5. Wicca
    Wicca merupakan aliran pagan yang modern. Aliran ini dikembangkan di Inggris dan diperkenalkan pada pertengahan abad ke 20 oleh Gerald Garner. Ajaran Wicca dapat dikategorikan sebagai ajaran sihir dimana konsep yang dianut merupakan pengembangan dari ajiran pagan kuno. Wicca tidak memiliki konsep yang terpusat dan membuat ajaran ini terpencar ke berbagai aliran.
    Ritual yang diterapkan pada aliran wicca selalu terkait sihir, mulai dari sihir lemah hingga sihir tradisional. Selain ritual, Wicca juga memiliki beberapa hari raya yang secara umum dikenal sebagai Sabbat.
  6. Neo-Druidism
    Neo-Druidism merupakan aliran yang mengajarkan keseimbangan dan pemujaan terhadap alam semesta, dan bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan. Ajaran Neo-Druidism menggunakan organisasi persaudaraan seperti Freemasonry. Ritual yang dilakukan berlangsung di alam terbuka pada siang hari. Terkadang mereka melakukan ritual di ruang tertutup pada malam hari. Mereka juga melakukan ritual dalam karya dan pertunjukan seni seperti pertunjukan musik dan puisi.
  7. Haitian Vodou
    Aliran ini dikenal juga dengan sebutan Voodoo, merupakan aliran yang dianut masyarakat Haiti atau perantauannya. Vodouist percaya pada Dewa pencipta yang jauh dan tidak diketahui bernama Bondye. Haitian Vodou memiliki kuil ritual bernama Hounfour. Mereka menyiapkan altar dan persembahan berupa makanan kepada dewa mereka.
  8. Romuva
    Romuva merupakan organisasi religius etnis Baltik, yang mengajarkan ritual masyarakat Lithuania sebelum era kristenisasi. Penganut Romuva melakukan ritual di aukuras atau “altar berapi”. Partisipan mencuci tangan dan wajah mereka sebelum menyentuh Aukuras dan kemudian bernyanyi himne ritual ketika batu tersebut diangkat.
    Kebanyakan himne ritual berasal dari tradisi kuno masyarakat Lithuania untuk melakukan pemujaan dewa-dewa mereka. Romuva modern merekonstruksi ritual berdasarkan sumber ritual tertulis. Beberapa himne dari pemujaan dewa-dewa tersebut masih bertahan hingga kini.
  9. Discordianism
    Discordianism merupakan agama dan cabang filsafat yang berasal dari pemujaan Eris, dewi kerusakan pada era Greco-Roman. Ajaran Discordianism memiliki kesamaan konsep dengan Zen dan filsafat taoisme. Dokumen paling penting dalam pendirian Discordianisme berasal dari Principia Discordia. Buku ini berisikan banyak referensi dari sumber sebelumnya yaitu The Honest Book of Truth. Aliran ini kemudian banyak diungkap dalam karya tulis populer seperti The Illuminatus! Trilogy, The Dark Tower, dan karya-karya tulis populer lainnya.
Masih banyak aliran pagan lainnya yang masih berkembang di berbagai negara. Namun beberapa aliran dianggap sebagai kepercayaan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai agama, berbeda dengan paganisme yang merupakan agama dan kepercayaan masyarakat kuno. Masih terdapat perdebatan apakah Freemasonry, Rossicrusian, Theosophy, dan aliran sejenisnya dapat dikategorikan sebagai paganisme mengingat organisasi-organisasi tersebut memperbolehkan orang-orang dari berbagai agama yang dianut untuk bergabung. Di Indonesia, paganisme asli masyarakat Indonesia belum diakui sebagai agama sehingga penganut paganisme di Indonesia tidak mengakui kepercayaan paganisme mereka sebagai agama dan menganggap hal tersebut sebagai kepercayaan.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/03/budaya-pagan-di-era-modern/#sthash.cjrwyFlA.dpuf

Paganisme di Berbagai Belahan Dunia



  • 11
     
    Share
paganism
Pagan, berasal dari istilah latin yaitu paganus, yang berarti “desa”, rustic, atau “sebuah negara”. Paganus merupakan kata sifat. Sebagai kata kerja, paganus berarti penghuni suatu negara, atau penduduk. Pengembangan semantik post-classical membuat pengertian pagan menjadi berbeda. Perubahan pengertian dari pagan ini masih menjadi kontroversial, tetapi bukti tertua perubahan makna pagan terjadi pada abad ke 4 masehi.
Saat ini, pagan dikenal dalam bentuk paganisme, yang berarti istilah yang digunakan untuk tradisi kepercayaan yang melibatkan politeistik atau masyarakat pribumi.
Istilah ini seringkali muncul dalam sejarah, yang mengacu pada politeisme Greco-Roman dan berbagai politeisme lainnya yang menyebar di Eropa dan Afrika Utara sebelum era kristenisasi. Dalam bagian yang lebih luas, pagan juga termasuk pada agama yang terdapat di timur dan berbagai tradisi lokal di Amerika, Asia Tengah, Australia, dan Afrika. Atau dapat juga diistilahkan sebagai kepercayaan non-abrahamik, menurut beberapa ahli sejarah. Karakteristik dari tradisi pagan adalah ketiadaan pendakwah agama dan kehadiran agama sebagai mitos kehidupan yang mengajarkan penerapan religi.
Pagan masih tetap ada hingga zaman sekarang, tidak hanya dalam bentuk warisan budaya bahkan berbentuk kepercayaan yang dianut secara utuh oleh masyarakat. Paganisme mengalami evolusi menjadi Neopaganisme yang menyusun ulang kepercayaan mereka menjadi agama yang terstruktur.
Perkembangan Aliran Pagan di Berbagai Negara
Neopaganisme di Amerika Serikat merupakan jenis aliran yang dianut oleh 0,2% populasi Amerika Serikat. Di Isilandia, anggota dari aliran pagan Ásatrúarfélagið terhitung sejumlah 0,4% dari total populasi yang berarti terdapat ribuan orang yang bergabung ke dalam aliran tersebut. Di Lithuania, banyak orang yang menerapkan Romuva, kepercayaan masyarakat lokal yang dianut sebelum munculnya Kristen. Di negara berbasis anglo saxon, misalnya Australia, Odinisme (kepercayaan terhadap dewa Odin) telah berdiri sebagai kepercayaan yang formal sejak era 1930-an.
Pagan yang Masih Dianut Masyarakat Modern
  1. Cultus Deorum Romanorum
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi romawi. Ritual yang mereka lakukan meliputi penyiapan lararium atau altar di rumah mereka dimana akan digunakan untuk memberikan persembahan dan pemujaan kepada dewa mereka.
  2. Hellenic polytheism
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi yunani. Mereka melakukan ritual dengan menggelar altar yang terdiri dari satu, atau beberapa, dewa. Ritual yang dilakukan berupa persembahan seperti makanan, minuman, dan barang-barang berharga. Terkadang hewan juga merupakan objek persembahan kepada dewa.
  3. Rodnovery
    Rodnovery merupakan kelompok politeistik modern untuk menghidupkan kembali kepercayaan etnis slavia. Konsep utama dari kepercayaan ini merupakan keseimbangan alam dimana kepercayaan mereka disimbolkan dengan unsur natural berupa pohon, petir, matahari, dan bulan. Aliran ini masih dianut oleh beberapa masyarakat slavia seperti Rusia, Polandia, Ukraina, Slovenia, Slovenia, Ceko, Bosnia, dan negara-negara slavia lainnya dalam berbagai bentuk kepercayaan dan ritual.
  4. Germanic Neopaganism
    Aliran yang dianut ras germanik yang memuja dewa-dewi yang merepresentasikan alam semesta. Awalnya berkembang di Jerman dan Austria, kemudian menyebar di negara-negara germanik seperti Inggris raya, dataran Skandinavia, Amerika Serikat, dan Australia. Ritual yang dilakukan dapat berupa persembahan darah hewan, doa bersama, dan pemujaan di altar.
  5. Wicca
    Wicca merupakan aliran pagan yang modern. Aliran ini dikembangkan di Inggris dan diperkenalkan pada pertengahan abad ke 20 oleh Gerald Garner. Ajaran Wicca dapat dikategorikan sebagai ajaran sihir dimana konsep yang dianut merupakan pengembangan dari ajiran pagan kuno. Wicca tidak memiliki konsep yang terpusat dan membuat ajaran ini terpencar ke berbagai aliran.
    Ritual yang diterapkan pada aliran wicca selalu terkait sihir, mulai dari sihir lemah hingga sihir tradisional. Selain ritual, Wicca juga memiliki beberapa hari raya yang secara umum dikenal sebagai Sabbat.
  6. Neo-Druidism
    Neo-Druidism merupakan aliran yang mengajarkan keseimbangan dan pemujaan terhadap alam semesta, dan bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan. Ajaran Neo-Druidism menggunakan organisasi persaudaraan seperti Freemasonry. Ritual yang dilakukan berlangsung di alam terbuka pada siang hari. Terkadang mereka melakukan ritual di ruang tertutup pada malam hari. Mereka juga melakukan ritual dalam karya dan pertunjukan seni seperti pertunjukan musik dan puisi.
  7. Haitian Vodou
    Aliran ini dikenal juga dengan sebutan Voodoo, merupakan aliran yang dianut masyarakat Haiti atau perantauannya. Vodouist percaya pada Dewa pencipta yang jauh dan tidak diketahui bernama Bondye. Haitian Vodou memiliki kuil ritual bernama Hounfour. Mereka menyiapkan altar dan persembahan berupa makanan kepada dewa mereka.
  8. Romuva
    Romuva merupakan organisasi religius etnis Baltik, yang mengajarkan ritual masyarakat Lithuania sebelum era kristenisasi. Penganut Romuva melakukan ritual di aukuras atau “altar berapi”. Partisipan mencuci tangan dan wajah mereka sebelum menyentuh Aukuras dan kemudian bernyanyi himne ritual ketika batu tersebut diangkat.
    Kebanyakan himne ritual berasal dari tradisi kuno masyarakat Lithuania untuk melakukan pemujaan dewa-dewa mereka. Romuva modern merekonstruksi ritual berdasarkan sumber ritual tertulis. Beberapa himne dari pemujaan dewa-dewa tersebut masih bertahan hingga kini.
  9. Discordianism
    Discordianism merupakan agama dan cabang filsafat yang berasal dari pemujaan Eris, dewi kerusakan pada era Greco-Roman. Ajaran Discordianism memiliki kesamaan konsep dengan Zen dan filsafat taoisme. Dokumen paling penting dalam pendirian Discordianisme berasal dari Principia Discordia. Buku ini berisikan banyak referensi dari sumber sebelumnya yaitu The Honest Book of Truth. Aliran ini kemudian banyak diungkap dalam karya tulis populer seperti The Illuminatus! Trilogy, The Dark Tower, dan karya-karya tulis populer lainnya.
Masih banyak aliran pagan lainnya yang masih berkembang di berbagai negara. Namun beberapa aliran dianggap sebagai kepercayaan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai agama, berbeda dengan paganisme yang merupakan agama dan kepercayaan masyarakat kuno. Masih terdapat perdebatan apakah Freemasonry, Rossicrusian, Theosophy, dan aliran sejenisnya dapat dikategorikan sebagai paganisme mengingat organisasi-organisasi tersebut memperbolehkan orang-orang dari berbagai agama yang dianut untuk bergabung. Di Indonesia, paganisme asli masyarakat Indonesia belum diakui sebagai agama sehingga penganut paganisme di Indonesia tidak mengakui kepercayaan paganisme mereka sebagai agama dan menganggap hal tersebut sebagai kepercayaan.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/03/budaya-pagan-di-era-modern/#sthash.HT8ogETv.dpuf

Paganisme di Berbagai Belahan Dunia




  • 11
    Share
paganism
Pagan, berasal dari istilah latin yaitu paganus, yang berarti “desa”, rustic, atau “sebuah negara”. Paganus merupakan kata sifat. Sebagai kata kerja, paganus berarti penghuni suatu negara, atau penduduk. Pengembangan semantik post-classical membuat pengertian pagan menjadi berbeda. Perubahan pengertian dari pagan ini masih menjadi kontroversial, tetapi bukti tertua perubahan makna pagan terjadi pada abad ke 4 masehi.
Saat ini, pagan dikenal dalam bentuk paganisme, yang berarti istilah yang digunakan untuk tradisi kepercayaan yang melibatkan politeistik atau masyarakat pribumi.
Istilah ini seringkali muncul dalam sejarah, yang mengacu pada politeisme Greco-Roman dan berbagai politeisme lainnya yang menyebar di Eropa dan Afrika Utara sebelum era kristenisasi. Dalam bagian yang lebih luas, pagan juga termasuk pada agama yang terdapat di timur dan berbagai tradisi lokal di Amerika, Asia Tengah, Australia, dan Afrika. Atau dapat juga diistilahkan sebagai kepercayaan non-abrahamik, menurut beberapa ahli sejarah. Karakteristik dari tradisi pagan adalah ketiadaan pendakwah agama dan kehadiran agama sebagai mitos kehidupan yang mengajarkan penerapan religi.
Pagan masih tetap ada hingga zaman sekarang, tidak hanya dalam bentuk warisan budaya bahkan berbentuk kepercayaan yang dianut secara utuh oleh masyarakat. Paganisme mengalami evolusi menjadi Neopaganisme yang menyusun ulang kepercayaan mereka menjadi agama yang terstruktur.
Perkembangan Aliran Pagan di Berbagai Negara
Neopaganisme di Amerika Serikat merupakan jenis aliran yang dianut oleh 0,2% populasi Amerika Serikat. Di Isilandia, anggota dari aliran pagan Ásatrúarfélagið terhitung sejumlah 0,4% dari total populasi yang berarti terdapat ribuan orang yang bergabung ke dalam aliran tersebut. Di Lithuania, banyak orang yang menerapkan Romuva, kepercayaan masyarakat lokal yang dianut sebelum munculnya Kristen. Di negara berbasis anglo saxon, misalnya Australia, Odinisme (kepercayaan terhadap dewa Odin) telah berdiri sebagai kepercayaan yang formal sejak era 1930-an.
Pagan yang Masih Dianut Masyarakat Modern
  1. Cultus Deorum Romanorum
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi romawi. Ritual yang mereka lakukan meliputi penyiapan lararium atau altar di rumah mereka dimana akan digunakan untuk memberikan persembahan dan pemujaan kepada dewa mereka.
  2. Hellenic polytheism
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi yunani. Mereka melakukan ritual dengan menggelar altar yang terdiri dari satu, atau beberapa, dewa. Ritual yang dilakukan berupa persembahan seperti makanan, minuman, dan barang-barang berharga. Terkadang hewan juga merupakan objek persembahan kepada dewa.
  3. Rodnovery
    Rodnovery merupakan kelompok politeistik modern untuk menghidupkan kembali kepercayaan etnis slavia. Konsep utama dari kepercayaan ini merupakan keseimbangan alam dimana kepercayaan mereka disimbolkan dengan unsur natural berupa pohon, petir, matahari, dan bulan. Aliran ini masih dianut oleh beberapa masyarakat slavia seperti Rusia, Polandia, Ukraina, Slovenia, Slovenia, Ceko, Bosnia, dan negara-negara slavia lainnya dalam berbagai bentuk kepercayaan dan ritual.
  4. Germanic Neopaganism
    Aliran yang dianut ras germanik yang memuja dewa-dewi yang merepresentasikan alam semesta. Awalnya berkembang di Jerman dan Austria, kemudian menyebar di negara-negara germanik seperti Inggris raya, dataran Skandinavia, Amerika Serikat, dan Australia. Ritual yang dilakukan dapat berupa persembahan darah hewan, doa bersama, dan pemujaan di altar.
  5. Wicca
    Wicca merupakan aliran pagan yang modern. Aliran ini dikembangkan di Inggris dan diperkenalkan pada pertengahan abad ke 20 oleh Gerald Garner. Ajaran Wicca dapat dikategorikan sebagai ajaran sihir dimana konsep yang dianut merupakan pengembangan dari ajiran pagan kuno. Wicca tidak memiliki konsep yang terpusat dan membuat ajaran ini terpencar ke berbagai aliran.
    Ritual yang diterapkan pada aliran wicca selalu terkait sihir, mulai dari sihir lemah hingga sihir tradisional. Selain ritual, Wicca juga memiliki beberapa hari raya yang secara umum dikenal sebagai Sabbat.
  6. Neo-Druidism
    Neo-Druidism merupakan aliran yang mengajarkan keseimbangan dan pemujaan terhadap alam semesta, dan bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan. Ajaran Neo-Druidism menggunakan organisasi persaudaraan seperti Freemasonry. Ritual yang dilakukan berlangsung di alam terbuka pada siang hari. Terkadang mereka melakukan ritual di ruang tertutup pada malam hari. Mereka juga melakukan ritual dalam karya dan pertunjukan seni seperti pertunjukan musik dan puisi.
  7. Haitian Vodou
    Aliran ini dikenal juga dengan sebutan Voodoo, merupakan aliran yang dianut masyarakat Haiti atau perantauannya. Vodouist percaya pada Dewa pencipta yang jauh dan tidak diketahui bernama Bondye. Haitian Vodou memiliki kuil ritual bernama Hounfour. Mereka menyiapkan altar dan persembahan berupa makanan kepada dewa mereka.
  8. Romuva
    Romuva merupakan organisasi religius etnis Baltik, yang mengajarkan ritual masyarakat Lithuania sebelum era kristenisasi. Penganut Romuva melakukan ritual di aukuras atau “altar berapi”. Partisipan mencuci tangan dan wajah mereka sebelum menyentuh Aukuras dan kemudian bernyanyi himne ritual ketika batu tersebut diangkat.
    Kebanyakan himne ritual berasal dari tradisi kuno masyarakat Lithuania untuk melakukan pemujaan dewa-dewa mereka. Romuva modern merekonstruksi ritual berdasarkan sumber ritual tertulis. Beberapa himne dari pemujaan dewa-dewa tersebut masih bertahan hingga kini.
  9. Discordianism
    Discordianism merupakan agama dan cabang filsafat yang berasal dari pemujaan Eris, dewi kerusakan pada era Greco-Roman. Ajaran Discordianism memiliki kesamaan konsep dengan Zen dan filsafat taoisme. Dokumen paling penting dalam pendirian Discordianisme berasal dari Principia Discordia. Buku ini berisikan banyak referensi dari sumber sebelumnya yaitu The Honest Book of Truth. Aliran ini kemudian banyak diungkap dalam karya tulis populer seperti The Illuminatus! Trilogy, The Dark Tower, dan karya-karya tulis populer lainnya.
Masih banyak aliran pagan lainnya yang masih berkembang di berbagai negara. Namun beberapa aliran dianggap sebagai kepercayaan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai agama, berbeda dengan paganisme yang merupakan agama dan kepercayaan masyarakat kuno. Masih terdapat perdebatan apakah Freemasonry, Rossicrusian, Theosophy, dan aliran sejenisnya dapat dikategorikan sebagai paganisme mengingat organisasi-organisasi tersebut memperbolehkan orang-orang dari berbagai agama yang dianut untuk bergabung. Di Indonesia, paganisme asli masyarakat Indonesia belum diakui sebagai agama sehingga penganut paganisme di Indonesia tidak mengakui kepercayaan paganisme mereka sebagai agama dan menganggap hal tersebut sebagai kepercayaan.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/03/budaya-pagan-di-era-modern/#sthash.HT8ogETv.dpuf

Paganisme di Berbagai Belahan Dunia




  • 11
    Share
paganism
Pagan, berasal dari istilah latin yaitu paganus, yang berarti “desa”, rustic, atau “sebuah negara”. Paganus merupakan kata sifat. Sebagai kata kerja, paganus berarti penghuni suatu negara, atau penduduk. Pengembangan semantik post-classical membuat pengertian pagan menjadi berbeda. Perubahan pengertian dari pagan ini masih menjadi kontroversial, tetapi bukti tertua perubahan makna pagan terjadi pada abad ke 4 masehi.
Saat ini, pagan dikenal dalam bentuk paganisme, yang berarti istilah yang digunakan untuk tradisi kepercayaan yang melibatkan politeistik atau masyarakat pribumi.
Istilah ini seringkali muncul dalam sejarah, yang mengacu pada politeisme Greco-Roman dan berbagai politeisme lainnya yang menyebar di Eropa dan Afrika Utara sebelum era kristenisasi. Dalam bagian yang lebih luas, pagan juga termasuk pada agama yang terdapat di timur dan berbagai tradisi lokal di Amerika, Asia Tengah, Australia, dan Afrika. Atau dapat juga diistilahkan sebagai kepercayaan non-abrahamik, menurut beberapa ahli sejarah. Karakteristik dari tradisi pagan adalah ketiadaan pendakwah agama dan kehadiran agama sebagai mitos kehidupan yang mengajarkan penerapan religi.
Pagan masih tetap ada hingga zaman sekarang, tidak hanya dalam bentuk warisan budaya bahkan berbentuk kepercayaan yang dianut secara utuh oleh masyarakat. Paganisme mengalami evolusi menjadi Neopaganisme yang menyusun ulang kepercayaan mereka menjadi agama yang terstruktur.
Perkembangan Aliran Pagan di Berbagai Negara
Neopaganisme di Amerika Serikat merupakan jenis aliran yang dianut oleh 0,2% populasi Amerika Serikat. Di Isilandia, anggota dari aliran pagan Ásatrúarfélagið terhitung sejumlah 0,4% dari total populasi yang berarti terdapat ribuan orang yang bergabung ke dalam aliran tersebut. Di Lithuania, banyak orang yang menerapkan Romuva, kepercayaan masyarakat lokal yang dianut sebelum munculnya Kristen. Di negara berbasis anglo saxon, misalnya Australia, Odinisme (kepercayaan terhadap dewa Odin) telah berdiri sebagai kepercayaan yang formal sejak era 1930-an.
Pagan yang Masih Dianut Masyarakat Modern
  1. Cultus Deorum Romanorum
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi romawi. Ritual yang mereka lakukan meliputi penyiapan lararium atau altar di rumah mereka dimana akan digunakan untuk memberikan persembahan dan pemujaan kepada dewa mereka.
  2. Hellenic polytheism
    Aliran pemujaan terhadap dewa-dewi yunani. Mereka melakukan ritual dengan menggelar altar yang terdiri dari satu, atau beberapa, dewa. Ritual yang dilakukan berupa persembahan seperti makanan, minuman, dan barang-barang berharga. Terkadang hewan juga merupakan objek persembahan kepada dewa.
  3. Rodnovery
    Rodnovery merupakan kelompok politeistik modern untuk menghidupkan kembali kepercayaan etnis slavia. Konsep utama dari kepercayaan ini merupakan keseimbangan alam dimana kepercayaan mereka disimbolkan dengan unsur natural berupa pohon, petir, matahari, dan bulan. Aliran ini masih dianut oleh beberapa masyarakat slavia seperti Rusia, Polandia, Ukraina, Slovenia, Slovenia, Ceko, Bosnia, dan negara-negara slavia lainnya dalam berbagai bentuk kepercayaan dan ritual.
  4. Germanic Neopaganism
    Aliran yang dianut ras germanik yang memuja dewa-dewi yang merepresentasikan alam semesta. Awalnya berkembang di Jerman dan Austria, kemudian menyebar di negara-negara germanik seperti Inggris raya, dataran Skandinavia, Amerika Serikat, dan Australia. Ritual yang dilakukan dapat berupa persembahan darah hewan, doa bersama, dan pemujaan di altar.
  5. Wicca
    Wicca merupakan aliran pagan yang modern. Aliran ini dikembangkan di Inggris dan diperkenalkan pada pertengahan abad ke 20 oleh Gerald Garner. Ajaran Wicca dapat dikategorikan sebagai ajaran sihir dimana konsep yang dianut merupakan pengembangan dari ajiran pagan kuno. Wicca tidak memiliki konsep yang terpusat dan membuat ajaran ini terpencar ke berbagai aliran.
    Ritual yang diterapkan pada aliran wicca selalu terkait sihir, mulai dari sihir lemah hingga sihir tradisional. Selain ritual, Wicca juga memiliki beberapa hari raya yang secara umum dikenal sebagai Sabbat.
  6. Neo-Druidism
    Neo-Druidism merupakan aliran yang mengajarkan keseimbangan dan pemujaan terhadap alam semesta, dan bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan. Ajaran Neo-Druidism menggunakan organisasi persaudaraan seperti Freemasonry. Ritual yang dilakukan berlangsung di alam terbuka pada siang hari. Terkadang mereka melakukan ritual di ruang tertutup pada malam hari. Mereka juga melakukan ritual dalam karya dan pertunjukan seni seperti pertunjukan musik dan puisi.
  7. Haitian Vodou
    Aliran ini dikenal juga dengan sebutan Voodoo, merupakan aliran yang dianut masyarakat Haiti atau perantauannya. Vodouist percaya pada Dewa pencipta yang jauh dan tidak diketahui bernama Bondye. Haitian Vodou memiliki kuil ritual bernama Hounfour. Mereka menyiapkan altar dan persembahan berupa makanan kepada dewa mereka.
  8. Romuva
    Romuva merupakan organisasi religius etnis Baltik, yang mengajarkan ritual masyarakat Lithuania sebelum era kristenisasi. Penganut Romuva melakukan ritual di aukuras atau “altar berapi”. Partisipan mencuci tangan dan wajah mereka sebelum menyentuh Aukuras dan kemudian bernyanyi himne ritual ketika batu tersebut diangkat.
    Kebanyakan himne ritual berasal dari tradisi kuno masyarakat Lithuania untuk melakukan pemujaan dewa-dewa mereka. Romuva modern merekonstruksi ritual berdasarkan sumber ritual tertulis. Beberapa himne dari pemujaan dewa-dewa tersebut masih bertahan hingga kini.
  9. Discordianism
    Discordianism merupakan agama dan cabang filsafat yang berasal dari pemujaan Eris, dewi kerusakan pada era Greco-Roman. Ajaran Discordianism memiliki kesamaan konsep dengan Zen dan filsafat taoisme. Dokumen paling penting dalam pendirian Discordianisme berasal dari Principia Discordia. Buku ini berisikan banyak referensi dari sumber sebelumnya yaitu The Honest Book of Truth. Aliran ini kemudian banyak diungkap dalam karya tulis populer seperti The Illuminatus! Trilogy, The Dark Tower, dan karya-karya tulis populer lainnya.
Masih banyak aliran pagan lainnya yang masih berkembang di berbagai negara. Namun beberapa aliran dianggap sebagai kepercayaan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai agama, berbeda dengan paganisme yang merupakan agama dan kepercayaan masyarakat kuno. Masih terdapat perdebatan apakah Freemasonry, Rossicrusian, Theosophy, dan aliran sejenisnya dapat dikategorikan sebagai paganisme mengingat organisasi-organisasi tersebut memperbolehkan orang-orang dari berbagai agama yang dianut untuk bergabung. Di Indonesia, paganisme asli masyarakat Indonesia belum diakui sebagai agama sehingga penganut paganisme di Indonesia tidak mengakui kepercayaan paganisme mereka sebagai agama dan menganggap hal tersebut sebagai kepercayaan.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/03/budaya-pagan-di-era-modern/#sthash.HT8ogETv.dpuf

Selasa, 01 Oktober 2013

Taring Padi

About

Jan 18, 2010   //   by Taring Padi   //    //  14 Comments
Taring Padi (TP), mengumumkan kehadirannya di kancah Politik-Budaya Yogyakarta. Taring Padi mendeklarasikan Mukadimahnya dan mengumumkan “Lima Iblis Budaya” di kantor LBH Yogyakarta pada 21 Desember 1998, sebagai sebuah organisasi budaya progresif, Taring Padi menetapkan bahwa tugas mereka adalah membangun kembali “Budaya Kerakyatan”, dan mengadvokasi siasat front bersatu dalam rangka mendorong perubahan demokratik yang berwatak popular di Indonesia. Mukadimah Taring Padi ditandatangani sejumlah aktivis budaya, mahasiswa, pekerja seni, dan pelukis otodidak.
Taring Padi merumuskan posisi sebagai aktivis budaya, sebuah posisi kelas yang menempatkan diri pada strata menengah masyarakat. Peran aktivis budaya Taring Padi ada dua. Tingkat Pertama, Taring padi melancarkan agitasi terhadap “wacana elit”, dengan mempromosikan seni kerakyatan, sementara di tingkat kedua, mereka mengorganisasi asosiasi-asosiasi kebudayaan dan kerakyatan yang berwatak progresif, “di tengah-tengah rakyat”.
Mukadimah dan “Lima Iblis Budaya” Taring Padi, menentang keras paham “Seni Untuk Seni”, yang dipertahankan, baik melalui lembaga-lembaga budaya negara maupun swasta selama kurun waktu Orde Baru.  Kebudayaan Indonesia, menurut naskah “Lima Iblis Budaya”, telah dibelenggu demi keuntungan modal, sehingga rentan terhadap masuknya kekuatan-kekuatan neo-imperealisme dan kekuatan pasar Internasional. Pemahaman ‘demokratisasi” Taring Padi sebagai kebebasan untuk menyakini prinsip ideologi masing-masing, dan saling menghormati, yang mencerminkan watak warisan budaya Indonesia.
Rumah Taring Padi pada tahun 1998, merupakan lokasi kolektif yang memiliki nuansa tempat asal kelahiran mereka. Rumah Taring Padi, yang dahulu kampus ASRI dan berubah Institut Seni Indonesia (ISI) terletak di Gampingan, sekarang menjadi gedung Jogja National Museum (JNM). Sejak Taring Padi menduduki gedung itu, menjadi kubu pertahanan bagi kegiatan-kegiatan revoluisioner, ruang-ruang dan bangsal perkuliahan yang banyak jumlahnya itu dipakai Taring Padi untuk memfasilitasi acara dan pameran, dan “dipinjamkan” kepada kelompok progresif lain untuk mengadakan diskusi, konser dan performance. Dan Taring Padi juga mengundang partisipasi masyarakat setempat. Para anggota Taring Padi memberi pelajaran menggambar kepada anak-anak kampung, dan menyelenggarakan malam kebudayaan “Bulan Purnama” dengan mengundang masyarakat untuk menampilkan musik dan puisi, juga memfasilitasi sejumlah kegiatan budaya masyarakat, acara pernikahan, dan musik keroncong. Beberapa anggota Taring Padi ikut grup dangdut “Soekar Madjoe” dan Dendang Kampungan (DK), yang menciptakan lagu-lagu yang relevan dengan keadaan masyarakat, dan dimainkan dalam berbagai acara di kampus-kampus dan di tengah masyarakat Yogyakarta atau di kota-kota sekitarnya.
Taring Padi memberlakukan sistem keanggotaan terbuka yang prasyaratnya adalah komitmen terhadap garis kerakyatan. Para pekerja seni Taring Padi datang dari berbagai latar belakang pendidikan. Sebagian anggota tak pernah mengenyam pendidikan tinggi, yang lain drop out, atau sedang berkuliah di berbagai bidang. Anggota Taring Padi yang belum pernah mendapat pelatihan seni, belajar seni secara informal atau bergabung dengan kegiatan bersama, termasuk mengikuti diskusi yang membahas bermacam-macam topik, Taring Padi secara teratur mengadakan pertemuan untuk membahas situasi nasional dan internasional.
Pendekatan kolektif Taring Padi terhadap produksi seni merupakan bagian dari usaha untuk menghapus gagasan borjuis tentang “seniman jenius” dan “karya seni”. Karya-karya Taring Padi tidak menonjolkan pengakuan kepada “individu” penciptanya. Kebanyakan karya Taring Padi dihasilkan secara kolektif dan dapat dikelompokan dalam empat bentuk pokok: baliho atau spanduk, poster, wayang, dan booklet popular bernama Terompet Rakyat.
Selain itu, produksi karya seni yang kolektif tidak menghalangi produksi seni individu. Meskipun naskah “Lima Iblis Budaya” menyatakan menentang karya seni individualis, sasaran kebijakan ini adalah hubungan-hubungan produksi kapitalis yang memperantarai produksi kreatif perorangan, karya seni, dan pasar. Taring Padi berpendapat bahwa konsep kebutuhan perorangan harus dipertimbangkan dalam konteks demokratis, dimana seorang individu memiliki tanggung jawab kemasyarakatan.
Taring Padi menerima penghasilan ala kadarnya dari produksi kecil-kecilan dan perdagangan informal benda-benda seni, seperti lukisan, poster, gambar, komik, sticker, kaos oblong, emblem, pin, dan membuat sampul dan ilustrasi buku-buku yang memiliki kecenderungan ideologis serupa dengan ideologi mereka. Cara lain untuk menggalang dana adalah melalui sumbangan yang datang sekali waktu, uniknya kebanyakan kawan atau koneksi berjenis “wacana elit”. Perlu dicatat bahwa Taring Padi dengan tegas memilah karya seni, yang mereka buat sebagai individu, dan karya seni yang dibuat untuk maksud-maksud kolektif. Dualitas tampak dalam sikap itu, para warga, orang-perorangan, dibebaskan dengan pilihan-pilihan artistik individual mereka. Karya-karya kolektif TP diperlakukan dengan persyaratan ketat mengenai bagaimana karya-karya yang berbeda-beda boleh dipakai, disebarluaskan atau dijual untuk mengumpulkan dana kolektif. Karya-karya asli TP, seperti baliho dan wayang, sama sekali tak boleh dijual. Karya-karya tersebut diberlakukan sebagai alat kampanye dan pendidikan publik yang dapat dipakai oleh gerakan-gerakan sosial yang membutuhkannya. Karya-karya yang mudah direproduksi dijual Taring Padi. Ini meliputi karya-karya cukil berbentuk poster dan baliho, stiker, pin, kaos oblong-semuanya dipandang sebagai semacam merchandise dalam rangka pengumpulan dana.
Semasa booming pasar seni 2001-2008, sebelum krisis finansial menghantam Indonesia, Taring Padi terus menerapkan sistem penjualan yang sama atas karya-karya “asli” mereka untuk keperluan masyarakat dan kampanye. Boom pasaran seni rupa itu mengguncang art scene Yogyakarta. Para seniman di kota itu mengubah haluan artistik mereka, memperbesar skala karya dan beralih ke karya-karya dua matra di atas kanvas, supaya lebih mudah dijual. Sementara itu, Taring Padi, walaupun pasar mengincar karya-karya yang “asli”, mereka tak pernah mengubah kebijakan untuk tidak menjual baliho dan karya-karya berukuran besar. Sikap ini seakan-akan bertolak belakang dengan intuisi yang lazim. Namun, inilah sebuah sikap yang tegas, mantab dan mampu bertahan, keberlangsungan praktik seni kerakyatan yang tak kikis masa, yang telah dijalani oleh Taring Padi.
Lima Iblis Budaya, Lembaga Budaya Kerakyatan “Taring Padi” (1999)
  1. Lembaga-lembaga seni maupun budaya yang menitik-beratkan seni untuk seni, individual, oportunis yang selalu mensosialisasikan doktrin-doktrin yang sesat dengan tujuan mempertahankan status quo dan berupaya menjauhkan perkembangan seni dengan masyarakat, yang baginya masyarakat terbagi atas golongan-golongan yang dilihat dari kemampuan ekonomi/kebendaan semata (atas, menengah,bawah).
  2. Pemerintah/Penguasa melalui departemen-departemen yang mengurusi seni dan budaya, melakukan hal-hal yang menunjang status quo dan berupaya membentuk kebudayaan Indonesia yang hanya dijual keeksotisannya demi kepentingan ekonomi dan kekuasaan.
  3. Lembaga-lembaga seni yang memfungsikan lembaganya sebagi legitimator atas pekerja seni, karya seni, dan penentu arah perkembangan seni.
  4. Sistem yang merusak moral pekerja seni karena hanya berjuang untuk kepentingan individu tanpa memikirkan kepentingan rakyat, bahkan mengeksploitasi penderitaan rakyat untuk kepentingan individual.
  5. Kurangnya pemahaman serta fungsi seni dalam masyarakat sebagai akibat politik Orde Baru yang mementingkan “Ekonomi sebagai Panglima” dan Kolusi, Korupsi serta Nepotisme sebagai taktiknya.
Misi
Lembaga budaya taring padi berupaya mengembangkan seni dan budaya dengan menggali keinginan dan kebutuhan rakyat dengan mengutamakan; keterbukaan, kesejahteran sosial, kedaulatan rakyat, keadilan antar generasi, demokrasi, penghargaan atas hak asasi manusia tanpa mengesampingkan kewajiban, perspektif gender, reformasi hubungan global serta pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
Visi
Lembaga budaya kerakyatan taring padi memainkan peran memiliki visi, sebagai berikut :
Pertama, sebagai wadah bersama bagi pekerja seni dalam mendorong semua pihak untuk mengembangkan seni dan budaya lokal dengan orientasi kerakyatan yang digali dari kebutuhan rakyat serta pertumbuhan pribadi sosial demokratis kerakyatan.
Kedua, sebagai wadah bersama bagi pekerja seni untuk memainkan peran yang optimal dalam mendorong perubahan dengan, antara lain :
  1. Mengembangkan potensi seni yang ada untuk perubahan dengan menyajikan solusi atas persoalan, kebutuhan dan keinginan rakyat pada karya yang dihasilkan.
  2. Mendekonstruksi simbol-simbol hegemoni Negara yang melemahkan kemampuan rakyat dalam mengkontrol kebijakan pengembangan seni dan budaya.
  3. Mendesakkan perubahan atas pemahaman seni, untuk bisa membuka terselesaikannya keinginan, kebutuhan serta cita-cita rakyat atas segala hal.
Ketiga, sebagai wadah bersama bagi para pekerja seni dalam komunikasi, tukar menukar pengalaman dan informasi serta memperkuat jaringan kerja sama sesama lembaga yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga budaya kerakyatan taring padi.
  
DAFTAR PUSTAKA
  • Arbukle, Heidi, 2010, “Taring Padi: Praktik Budaya Radikal di Indonesia”, Penerbit LKiS, Yogyakarta.
  • Arsip dan Dokumentasi 1998 – 2011, Taring Padi, Yogyakarta.

Events

Pameran/ Exhibition "Hutan di Titik Nol" - Climate Change Festival
2- 12 October 2013, Sangkring Art Space, Nitiprayan, Yogyakarta
Pembukaan / Opening 2 October with Dendang Kampungan
Taring Padi Workshops & Film Screenings
Untuk lebih tahu tentang workshop dan pemutaran film reguler di Taring Padi lihat di facebook page Taring Padi (linknya di bawa – “Follow Us”)
For regular updates on Taring Padi workshops and monthly film screenings check Taring Padi’s facebook page (link at bottom of the page)

Enter your email address to subscribe to this website and receive notifications of new posts by email.


Taring Padi