APA YANG HARUS KITA PELAJARI DAN APA
YANG HARUS KITA AJARKAN
Che Guevara (1958)
Artikel ini ditulis pada
minggu-minggu terakhir sebelum kemenangan, dipublikasikan pada tanggal 1
Januari 1959 di Patria, organ resmi Tentara Pemberontak di Propinsi las Villas
Di bulan Desember ini, bulan
peringatan kedua pendaratan Granma, sangat bermanfaat untuk menilik
kembali tahun-tahun perjuangan bersenjata dan pertempuran revolusioner kita
selama ini. Gejolak pertama diberikan oleh kudeta Batista pada tanggal 10 Maret
1952, dan lonceng pertama bergema pada tanggal 26 Juli 1953, dengan penyerbuan
tragis Moncada itu.
Jalanan ini masih panjang dan penuh
dengan kesulitan serta kontradiksi. Pada rangkaian setiap proses revolusioner
yang diarahkan secara tulus dan bila para pejuangnya sendiri tidak
menghambatnya, selalu akan terjadi serangkaian interaksi berkesinambungan
(resiprokal) antara pimpinan dan massa revolusioner. Gerakan 26 Juli pun
merasakan efek dari hukum sejarah ini. Masih terdapat jurang pemisah antara kelompok
kaum muda yang antusias yang melakukan penyerbuan garnisun Moncada pada dini
hari 26 Juli 1953, dan pemimpin-pemimpin Gerakan itu pada saat ini, bahkan
sekalipun orang-orangnya adalah sama. Selama lima tahun perjuangan ini
–termasuk dua peperangan terbuka—telah membentuk semangat revolusioner kita
yang senantiasa berhadapan dengan kenyataan dan kearifan naluriah rakyat.
Sesungguhnyalah, kontak kita dengan
massa petani telah mengajarkan pada kita adanya ketidakadilan nyata di dalam
sistem hubungan pemilikan pertanian pada saat ini. Kaum tani telah meyakinkan
kita demi adanya perubahan fundamental yang adil dalam sistem pemilikan
tersebut. Mereka menyinari praktek kita sehari-hari dengan kapasitas
pengorbanan-dirinya, keagungan, dan kesetiaan.
Namun kita juga mengajarkan sesuatu.
Kita telah mengajarkan bagaimana menghilangkan semua ketakutan terhadap
penindasan musuh. Kita telah mengajarkan bahwa senjata ditangan rakyat adalah
lebih unggul dibanding tentara-tentara bayaran itu. Pendeknya, sebagaimana
dinyatakan pepatah umum yang tak perlu diulang-ulang lagi : dalam persatuan ada
kekuatan.
Dan para petani yang telah menyadari
akan kekuatan dirinya mendesak gerakan, pelopor perjuangannya, untuk maju lebih
berani menuntut, hingga menghasilkan undang-undang reformasi agraria Sierra
Maestra no.3. [1] Pada saat ini, undang-undang tersebut merupakan kebanggan
kita, lambang perjuangan kita, alasan kita untuk hadir sebagai sebuah
organisasi revolusioner.
Namun ini bukanlah selalu pendekatan
kita terhadap masalah-masalah sosial. Pengepungan benteng kita di Sierra,
dimana kita tidak memiliki hubungan yang sungguh penting dengan massa rakyat,
dimana sesekali kita mulai merasa lebih yakin kepada senjata kita daripada
yakin kebenaran ide-ide kita. Karena inilah, kita kemudian mengalami
kepedihan pada tanggal 9 April, saat mana menandai perjuangan sosial dimana
Alegria de Pio –satu-satunya kekalahan kitadalam lapangan pertempuran—telah
gambarkan dalam perkembangan perjuangan bersenjata.
Dari Alegria de Pio kita dapat
menarik pelajaran revolusioner agar tidak mengalami kegagalan lagi dalam
pertempuran lainnya. Dari peristiwa 9 April itu, kita juga belajar bahwa
strategi perjuangan massa mengikuti hukum-hukum yang tak bisa di belokkan atau
dihindari. Pengalaman-pengalaman itu secara jelas memberi pelajaran kepada
kita. Untuk kerja diantara massa petani –dimana kita telah mempersatukan
mereka, tak peduli afiliasinya, dalam perjuangan demi tanah—saat ini saat ini
kita menambahkannya dengan tuntutan kaum buruh yang mempersatukan masa proletar
dibawah satu bendera perjuangan, Front Persatuan Buruh Nasional (FONU), dan
satu tujuan taktis jangka pendek; pemogokan umum revolusioner.
Disini kita tidak menggunakan
taktik-taktik demagogi dalam rangka memamerkan ketrampilan politik. Kita tidak
mendalami perasaan massa atas dasar rasa keinginan tahu ilmiah semata; kita
melakukannya karena menyambut panggilalan rakyat. Karena kita, sebagai pelopor
pejuang buruh dan tani yang tak segan-segan mencucurkan darah kita di
gunung-gunung dan dataran negeri Kuba ini, bukan elemen yang terisolasi
dari massa rakyat; kita adalah bagian amat dalam dari rakyat. Peran
kepemimpinan kita jangan mengisolasi kita; malahan sudah seharusnyalah ia
mewajibkan kita untuk selalu bersama massa.
Fakta, bahwa kita adalah gerakan
dari semua kelas di Kuba, yang membuat kita juga memperjuangkan kaum
profesional dan pengusaha kecil yang menginginkan hidup dibawah undang-undang
yang lebih baik; kita juga berjuang demi kaum industrialis Kuba yang berusaha
memberi sumbangan kepada bangsa dengan menciptakan pekerjaan ; berjuang untuk
setiap orang baik yang ingin melihat Kuba bebas dari kepedihan sehari-hari
dimasa menyakitkan sekarang ini.
Sekarang melebihi dari yang
sudah-sudah, gerakan 26 Juli, berjuang untuk kepentingan yang paling tinggi
dari bangsa Kuba, berperang, tanpa kecongkakan, namun juga tanpa ragu-ragu,
demi kaum buruh dan tani, demi kaum profesional dan pengusaha kecil demi para
industrialis nasional, demi demokrasi dan kebebasan, demi hak untuk menjadi
anak bebas, dari rakyat bebas, demi kebutuhan hidup kita sehari-hari, menjadi
tindakan pasti dari upaya kita sehari-hari.
Pada peringatan kedua ini, kita ubah
rumusan semboyan kita. Kita tidak lagi “menjadi bebas atau menjadi martir”.
Kita akan menjadi bebas –bebas melalui tindakan seluruh rakyat Kuba, yang
sedang memutuskan rantai-rantai penindasan dengan darah dan pengorbanan dari
putra-putrinya yang terbaik.
Desember 1958
Catatan:
[1] UU .no.3 Sierra Maestra
dicanangkan oleh tentara pemberontak pada 10 Oktober 1958. Undang-undang ini
menjamin pemilikan tanah kaum petani penggarap, penghuni ‘liar’, dan petani
bagi hasil, yang masing-masing memperoleh pembagian kurang lebih dua Caballerias(67
Are). Undang-undang ini merupakan pendahuluan bagi reformasi agraria yang lebih
menyeluruh yang dicanangkan oleh pemerintah revolusioner pada 17 Mei 1959.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar