Dipublikasikan di Majalah Prisma No. 6, Juni 1977.
..... Di samping mereka, ada satu tokoh lain yang lebih menonjol: Gundala Putera Petir. Ia berpakaian hitam-hitam, berupa kaus ketat yang menutupi seluruh tubuh dan sebagian dari wajahnya. Kepalanya pun tertutup dengan kedok hitam itu, dengan hiasan setangkai sayap atau bulu di masing-masing kupingnya. Kostum ini mirip Captain America. Bedanya: Gundala tertutup dalam warna gelap sedangkan pakaian Captain America -yang muncul di masa menjelang perang dunia II ketika patriotisme Amerika sedang pasang naik-berwarna merah putih biru. Beda lain tentu asal-usulnya. Disinipun, jejak science fiction tidak nampak jelas dalam Gundala. Captain America berasala dalam diri Steve Rogers, yang oleh Prof. Reinstein diberi serum tertentu sehingga sehingga memiliki tubuh dan mental yang luar biasa. Gundala
tak mengalamai proses "ilmiah" seperti itu. Dalam keadaan tidak "in action" ia adalah seorang insinyur muda, Sancaka yang tidak bisa berkelahi dan tidak populer di kalangan gadis. Sancaka suatu ketika diangkat anak oleh Kaisar Cronz, si raja petir, setelah suatu ketika ia tersambar geledek. Setiap kali mengenakan kalung pemberian Cronz dan membuka liontinnya, ia akan segera berubah menjadi Gundala. Ia tak bisa terbang, tapi punya kemampuan lari yang luar biasa cepat. Dan meskipun ia tidak kebal, ia sanggup menembakkan petir dari telapak tangannya.
tak mengalamai proses "ilmiah" seperti itu. Dalam keadaan tidak "in action" ia adalah seorang insinyur muda, Sancaka yang tidak bisa berkelahi dan tidak populer di kalangan gadis. Sancaka suatu ketika diangkat anak oleh Kaisar Cronz, si raja petir, setelah suatu ketika ia tersambar geledek. Setiap kali mengenakan kalung pemberian Cronz dan membuka liontinnya, ia akan segera berubah menjadi Gundala. Ia tak bisa terbang, tapi punya kemampuan lari yang luar biasa cepat. Dan meskipun ia tidak kebal, ia sanggup menembakkan petir dari telapak tangannya.
**sumber: komikindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar